Dari Probolinggo untuk Papua

1965

Probolinggo (wartabromo.com) – Warga Papua yang tinggal di Kota Probolinggo terjamin keamanannya. Warga asal Kota Mangga inipun berharap situasi di Papua terus membaik.

Hal itu ditunjukkan dalam gerak jalan multi etnis dan budaya, dalam rangkaian perayaan Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia dengan peserta 34 OPD Pemkot Probolinggo.

Menariknya, gerak jalan ini juga diikuti oleh 10 siswa asal Papua. Mereka diketahui sedang menempuh pendidikan di Kota Probolinggo. Delapan diantaranya sekolah di SMAK Mater Dei.

Sejumlah siswa asal Papua itupun menari Sasojo bersama Wali Kota Hadi Zainal Abidin; dan Wawali Mochammad Soufis Subri; tak ketinggalan Dandim 0820 Probolinggo, Letkol Inf Imam Wibowo. Tanpa rasa canggung, Wali Kota, Wakil Wali Kota, Dandim, dan sejumlah pejabat menari Tari Sajojo yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Papua.

Baca Juga :   Panjat Tiang Benahi Tali Bendera, Siswa asal Dringu Diganjar Sepeda

“Tari Sajojo, tari yang menggambarkan masyarakat Papua yang menari. Kami bangga karena disambut dan disatukan oleh Bapak Wali Kota,” ujar Thomas Steven Vatem, asal Suku Aifat, Sorong.

Siswa lain, Anince Kiwo, asal Lani Jaya, Papua mengungkapkan, sudah cukup lama tinggal di Kota Probolinggo. Selama ini, ia merasa nyaman, hidup saling berdampingan, dan tidak pernah mendapat perlakuan rasis. “Ketika ada konflik Papua dan Jawa, kami tidak merasakan apa-apa, biasa saja. Kami hanya berharap semoga tidak terulang lagi kejadiannya. Pertama kali masuk sudah grogi, tapi seneng. Akhirnya kami bisa bertemu Wali Kota,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Berswike Liza Manggaprouw, siswa lainnya. Baginya, di Kota Probolinggo sangat aman dan nyaman. Ia pun bisa menempuh pendidikan dengan baik. “Semoga kita tetap bersatu, tidak terprovokasi berita hoax yang tersebar. Saya harap ada perdamaian,” sahutnya.

Baca Juga :   Sambut Agustusan, Santri Probolinggo Adu Tangkas Baca Kitab Kuning

Wali Kota Hadi menegaskan, kesempatan ini menjadi kebersamaan yang luar biasa. Kota Probolinggo rukun dan damai, tanpa aksi SARA dan kerusuhan.

“Momentum kebersamaan dan kesatuan untuk menuju Indonesia lebih maju lagi. Kami pun berharap jangan terulang lagi ke depan masalah itu. Mari bersatu padu dalam konteks Bhineka Tunggal Ika,” serunya.

Berswike Liza Manggaprouw bersama Wali Kota Probolinggo juga membacakan petisi dukungan kepada Papua.

Petisi itu berbunyi:
Indonesia, negeri multi etnis dan budaya.
Namun, kita semua bersaudara.
Dengan mengusung semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Jangan mudah terprovokasi di dunia maya.
Cek fakta dulu sebelum share berita.
Daripada memperkeruh suasana.
Perbedaan bukan jadi hambatan.
Tapi, jadi sumber kekuatan.
Aku, kamu, kita semua satu.
Mari kita bergandengan tangan untuk Indonesia yang lebih maju.
(saw/saw)