Harga Anjlok, Petani Probolinggo Gudangkan Kopi

2424

Probolinggo (wartabromo.com) – Panen raya kopi tak dinikmati petani di Kabupaten Probolinggo. Harga biji kopi jenis robusta sangat murah hingga menggerus pendapatan petani.

Saat ini harga biji kopi (green bean) di kawasan Kecamatan Tiris dan Krucil dihargai Rp21 ribu per kilogram. Harga ini, turun signifikan dibandingkan tahun lalu maupun sebelum panen raya saat ini, yang berkisar Rp27-Rp30 ribu.

Mode satiyah argenah kopi, cong. Tak pokok bik lakonah. Biasanah èjuel è pasar Tiris. (Murah harga kopi sekarang, Cong. Tidak setara dengan kerjanya. Biasanya dijual di pasar Tiris),” kata Sulima, warga Desa Segaran, Kecamatan Tiris, kepada wartabromo.com dalam Bahasa Madura, Selasa (3/9/2019).

Baca Juga :   Kapiten Pasuruan Mulai Dikenalkan

Fakta ini, membuat petani di dua kecamatan penghasil kopi tersebut, kelimpungan.

Sebab, di satu sisi mereka tetap membutuhkan dana untuk menutupi biaya produksi, pada sisi lain tetap menjual meski dengan harga rendah. Kondisi itu disebutnya tak menguntungkan.

“Kita kan tahu kopi itu panen cuma setahun. Jadi kita harus mengatur supaya panenan itu cukup untuk setahun. Ketika harga kopi jatuh padahal kita butuh dana. Kita jual. Ya sudahlah. Makanya posisi tawar kita lemah,” kata Agus Subiyanto, petani kopi lainnya.

Bagi petani besar, rendahnya harga kopi, dituturkan Agus, tidak terlalu berpengaruh. Mereka menjual biji kopi sesuai kebutuhan saja.

Sisanya digudangkan alias ditimbun sebagai cadangan. Biji kopi ini, kemudian dijual kembali di lain waktu, tatkala harga sudah naik.

Baca Juga :   Daftar 3 Varian Kopi Termahal di Dunia, Apa Saja?

“Simpan saja dulu dengan harapan harga naik. Tapi ini juga berisiko, sebab banyak juga petani yang menyimpan biji kopinya. Kalau mereka melepas ke pasar bersamaan, ya sama saja kondisinya dengan saat ini. Tetap murah,” ungkap pria asal Desa Andungbiru ini.

Selain itu, salah satu langkah untuk mengatasi penurunan harga kopi yakni dengan meningkatkan nilai tambah kopi, di antaranya dengan memproduksi kopi dalam bentuk bubuk.

Namun, produksi belum dapat dilakukan secara masif, karena permintaan kopi bubuk masih rendah. “Selain disimpan di gudang, kita buat dalam bentuk bubuk, kita buat kopi siap minum,” terangnya. (saw/saw)