PVMBG Sebut Ada 19 Kecamatan di Probolinggo Rentan Bencana Geologi

1029

Probolinggo (wartabromo.com) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menyebut ada 19 kecamatan di Kabupaten Probolinggo rentan bencana geologi. BPBD Kabupaten Probolinggo pun meminta warga untuk mewaspadainya potensi itu.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi membenarkan adanya 19 kecamatan yang rawan bencana gerakan tanah (gertan). Potensi itu, sesuai dengan data yang dikeluarkan PVMVG ESDM pada Rabu (11/12/2019).

“Adanya informasi tersebut, kami teruskan ke daerah-daerah yang masuk dalam peta kerawanan. Daerah yang berpotensi gertan (gerakan tanah-red) ini, kami minta waspada,” kata Anggit kepada wartabromo.com pada Senin, 23 Desember 2019.

Baca Juga :   Melacak Jejak Semaun di Pasuruan, Hingga Kebakaran Pabrik Furnitur di Wonomerto | Koran Online 1 Okt

Anggit mengatakan 19 kecamatan itu, berpotensi dengan level menengah hingga tinggi. Beberapa kawasan berpotensi gerakan tanah level menengah, diperkirakan bisa terjadi di Kecamatan Bantaran, Banyuanyar, Krejengan, Maron dan Sumberasih.

Ada juga Kecamatan Besuk dan Wonokerto di level ini, yakni berpotensi banjir bandang/aliran bahan rombakan.

Sedangkan 12 kecamatan lainnya, berpotensi terjadi gerakan tanah dengan level menengah-tinggi. Meliputi Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Sumber, Tegalsiwalan dan Tiris.

Ada juga Kecamatan Gading, Krucil, Lumbang, Pakuniran, Sukapura, Kuripan dan Tongas. Di kawasan itu, gerakan tanah dapat memicu terjadinya banjir bandang/aliran bahan rombakan.

Potensi itu, sesuai dengan tofografi Kabupaten Probolinggo utamanya pegunungan. Kontur tanah semacam itu, berpotensi terjadi gerakan tanah. Apalagi ditambah dengan intensitas hujan tinggi pada puncak musim hujan antara Desember 2019 hingga Januari 2020.

Baca Juga :   Wali Kota Probolinggo Bebas-tugaskan Dua Pejabat Eselon II

Karena itu, masyarakat yang berdomisili di pinggiran tebing dan bantaran sungai, diimbau lebih waspada saat terjadi hujan deras. Masyarakat, tambah Anggit, lebih mengetahui kondisi lingkungan sekitar mereka. Sehingga sewaktu-waktu dapat mengevakuasi diri ketika ada musibah.

“Pemahaman tentang kebencanaan terus kami berikan. Slogan kenali bahayanya kurangi resikonya dan edukasi kebencanaan yang lain akan terus digaungkan, agar masyarakat semakin tangguh dalam menanggulangi bencana,” tandas mantan Kepala Bappeda Kabupaten Probolinggo itu. (cho/saw)