Kartini di Tengah Pandemi

1663

Oleh : Firli Bahuri*

Selasa 21 April 2020, kita segenap bangsa Indonesia memperingati hari kelahiran seorang srikandi bernama Kartini, yang menjadi simbol kebangkitan dan emansipasi peran perempuan Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bersama, Kartini merupakan inspirasi kebangkitan perempuan di tengah belenggu tradisi paternalistis yang sangat kuat, ketika zaman penjajahan Belanda.

Meski berada dalam zona aman dan nyaman karena lahir serta dibesarkan dalam lingkungan keluarga priayi (terhormat), Kartini malah merasakan kerisauan akan nasib kaumnya karena tidak memiliki kesempatan dan hak yang sama dengan kaum laki-laki.

Setelah melewati berbagai halang rintang serta keterbatasan dan pembatasan kala itu, Kartini akhirnya mampu memperlihatkan kepada dunia bahwasanya suara perempuan layak dan patut didengar.

Kaum Hawa akhirnya dapat menjadi bagian dari kebijakan dalam tatanan kehidupan sosial dan kemasyarakatan, melalui sentuhan ide serta pemikiran mereka.

Peran perempuan kini tidak lagi sekadar berada di dalam wilayah domestik, namun merambah wilayah yang lebih luas dalam selururuh tatanan kehidupan lainnya.

Kehadiran perempuan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, mampu memberi warna dan teladan tentang bagaimana sesungguhnya menjalani kehidupan.

Bagi saya, Hari Kartini sebaiknya jangan dirayakan sekadar seremoni tahunan belaka, apalagi dirayakan secara beramai-ramai di masa penyebaran pandemi covid-19.

Esensi dari pengorbanan serta perjuangan seorang Kartini-lah yang harus kita pahami dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, demi kemajuan masa depan bangsa kita.

Masa depan suatu bangsa yang sebagian besar terletak pada kaum perempuan, karena peran perempuan sangat penting dalam mendidik dan membentuk karakter anaknya kelak, agar menjadi kuat, disiplin, jujur serta berakhlak mulia.

Ibarat menegakkan benang basah, karakter anak seperti itu tidak mungkin terbentuk tanpa peran aktif kaum Hawa.

Karakter yang menjadi fundamental bagi para penerus bangsa untuk menghadapi tantangan di masa depan, sekaligus menyelesaikan berbagai persoalan bangsa seperti melepaskan diri negeri ini dari perilaku koruptif yang sangat destruktif, mengingat hal ini telah menjadi budaya di hampir semua tatanan kehidupan kita saat ini.

Ibaratkan surga ada di bawah telapak kaki seorang perempuan atau ibu, pepatah ini memiliki makna implisit, bahwa langkah kaki kaum Hawa-lah yang menentukan nasib anak-anaknya kelak.

Seyogianya, kita segenap anak bangsa patut bersyukur dengan warisan dan suri teladan seorang Kartini yang mampu menginspirasi generasi demi generasi, sejak dulu hingga saat ini.

Kartini mampu membuktikan bahwasanya perempuan bukanlah kaum yang lemah secara ide, gagasan, serta pemikiran. Perempuan memiliki rasionalitas seperti kaum lelaki, sehingga memiliki peranan dan andil yang besar bagi perkembangan bangsa dan negara.

Selamat merayakan Hari Kartini, semoga teladan Kartini senantiasa mewarnai perjalanan seluruh anak bangsa, dalam meraih cita-cita bersama mewujudkan indonesia yg sejahtera, indonesia yg maju, indonesia yg cerdas, dan indonesia yg adil makmur.

*Penulis adalah Ketua KPK RI