Mitoni, Tradisi Jawa Sarat Makna

7039

Pasuruan (Wartabromo.com) – Acara 7 bulanan usia kehamilan, umum dilakukan masyarakat Jawa. Ada yang menyebutnya dengan mitoni atau tingkeban.

Beberapa sumber menyebutkan, Mitoni berasal dari kata “pitu” yang artinya tujuh. Kata “pitu” juga dapat diartikan sebagai pitulungan, dalam bahasa Indonesia artinya pertolongan. Acara tersebut merupakan doa agar pertolongan datang kepada ibu yang tengah mengandung buah hati.

Nah saat mitoni, ada beberapa prosesi yang dijalani. Yuk simak selengkapnya!

Bagi yang beragama Islam, prosesi dibuka dengan pembacaan Q.S. Al-Fatihah, Al-ikhlas 3x, Al-falaq 1x, An-nas 1x, dan Ayat Kursi 7x atau membaca surah Luqman dan Maryam.

Barulah prosesi siraman untuk sang Ibu dilakukan. Tujuannya untuk menyucikan ibu dan calon bayi lahir batin. Sesepuh atau keluarga yang bertugas menyiram biasanya sebanyak 7 orang termasuk calon ayah dari jabang bayi.

Baca Juga :   Arti Tradisi Mudun Lemah untuk Bayi

Prosesi dilanjutkan dengan brojolan. Si ibu memakai kain jarik disertai sepotong tali bernama letrek. Telur ayam kampung dimasukkan melalui perut samoai menggelinding ke bawah dan pecah. Ini dilakukan dengan harapan semoga mendapat kemudaban saat lahir.

Selanjutnya, 2 buah kelapa muda atau dikenal dengan cengkir juga dibrojolkan dari jarik. Sebelum cengkir brojol, cengkir dilukis Dewi Kamaratih atau Srikandi sebagai lambang bayi wanita jelita. Satu lagi dilukis gambar Dewa Kamajaya atau Janaka yang melambangkan bayi pria rupawan.

Cengkir yang sudah brojol akan diambil secara acak oleh calon ayah. Cengkir yang terpilih sebagai simbol jenis kelamin jabang bayi. Kemudian cengkir tersebut dibelah sang ayah. Prosesi ini sebagai simbol membukakan jalan jabang bayi agar lahir pada jalannya.

Baca Juga :   Viral Oknum Satpol PP Pukul Wanita Hamil saat Penertiban PPKM

Jika sudah, ibu akan berganti busana sebanyak 7 kali, yang kemudian disebut dengan pantes-pantesan. Undangan akan serempak menjawab tidak pantas sampai baju ke-6. Selanjutnya, pada baju ke-7 dibilang pantas. Inilah baju yang akan dipakai si ibu.

Prosesi akan ditutup dengan dodol rujak (jual rujak). Ibu akan membuat/meracik rujak untuk kemudian dijual kepada tamu. calon orang tua harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak.

Aksi dodol rujak ini menandakan usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan buah hati. Selain itu, harapannya agar anak yang dilahirkan mendapat rejeki bagi dirinya dan kedua orang tua. (bel/may)