Untung Suropati, Mantan Budak yang Terlibat Asmara dengan Putri Majikan

4473

 

Pasuruan (WartaBromo.com) – Pahlawan yang satu ini meninggalkan banyak legenda. Bahkan, kuburannya masih misterius hingga kini; Untung Suropati.

Pramoedya Ananta Toer, dalam bukunya Jalan Raya Pos, Jalan Daendels mengisahkan, Untung Suropati sebelumnya hanyalah seorang bocah yang dijual ke kapal yang tengah singgah di Bali.

Tak lama, ia kemudian dijual ke pasar budak di Batavia, sebelum akhirnya dibeli seorang anggota dewan Hindia-Belanda (Raad van Indie).

“(Ia) diperlakukan sebagai anggota keluarga sendiri, dari masa bocah hingga dewasa,” tulis Pramoedya dalam buku yang diterbitkan tahun 2005 silam itu.

Tumbuh di lingkungan petinggi Belanda membuat Untung Suropati berkembang menjadi pemuda yang cadas. Ia tak hanya pandai bicara. Tapi juga menulis dan membaca.

Baca Juga :   Tour Guide Bali Banting Setir Jadi Perajin Makrame, Omset Puluhan Juta Sebulan

Bahkan, karena kelebihannya itu, menurut Pram, Untung Suropati menjadi orang pribumi pertama yang mahir baca tulis bahasa Belanda.

Tumbuh besar bersama, Untung Suropati terlibat asmara dengan putri sang majikan, Suzanne. Mengutip Ratnawati Anhar dalam Untung Suropati (2012), seperti dilansir Tirto.id, peristiwa itu membuat tuan Moor, sang majikan murka.

Apalagi, disebutkan, keduanya dikabarkan telah menjalin pernikahan secara diam-diam. Buntut dari insiden itu, Untung Suropati dibawa ke sel bawah tanah di Batavia. Tetapi, justru di sanalah ia mulai menggalang koalisi perlawanan terhadap Belanda.

Setelah keluar, Untung Suropati masih sempat bergabung dengan tentara kompeni. Bahkan, karirnya pun moncer hingga setingkat letnan.

Setelah dirasa cukup mempelajari ilmu perang Belanda, Untung Suropati pun mengangkat senjata. Ia pun berhasil mengkosilidasi barisan perlawanan dari Kraton Mataram dan membunuh Kapten Tack yang menyerang ke Kertasura.

Baca Juga :   Pudarnya Perajin Perak di Gajahbendo, Kabupaten Pasuruan

Menghindari kejaran Belanda, Untung Suropati terus bergerak ke timur dan mendirikan kerajaan di Pasuruan (1686). Ia bergelar Raden Adipati Wironegoro.

Untung Suropati diperkirakan memimpin Pasuruan selama 20 tahun (1686-1706). Pramoedya menyebut, sebuah serangan Belanda berhasil merenggut nyawa Untung Suropati.

Oleh Belanda, jasad mantan budak belia itu pun dibakar. Setelah itu, abunya dibuang ke laut. Alasan ini pula yang menjadikan kuburan Untung Suropati tak pernah ditemukan.

Sejumlah roman menjadi simbol keabadian nama besar Untung Suropati. Diantaranya, Melati van Java dalam judul Van Slaaf tot Keizer dan Robert de Zoom van Soerapati.

Dulu, saat zaman pergerakan, kisah hidup Untung Suropati acapkali dipentaskan di atas panggung. Ada pula yang menyadurnya guna dipublikasikan sebagai cerita bersambung di majalah. (tof/asd)