Angkutan Antar Kota Sumbang Inflasi Kota Probolinggo

1066

Probolinggo (wartabromo.com) – Inflasi bulan Desember di Kota Probolinggo naik dibanding bulan sebelumnya. Angkutan antar kota menjadi salah satu faktor pemicu inflasi di akhir tahun itu.

Berdasarkan data BPS Kota Probolinggo, inflasi di kota mangga sebesar 0,47 persen per bulan Desember 2020. Angka itu, naik sebesar 0,06 persen dibanding bulan sebelumnya. Dimana pada November alami inflasi sebesar 0,41 persen.

“Di masa pandemi Covid 19 Kota Probolinggo sempat mengalami deflasi, yakni di bulan Agustus 2020 sebesar -0,07 persen dan bulan September -0,35 persen,” sebut kata Mochammad Machsus, Kasi Distribusi Statistik BPS Kota Probolinggo pada Jumat, 8 Januari 2020.

Lantas kategori apa yang menyebabkan inflasi naik di Kota Probolinggo? Machsus menyebut salah satu penyumbang inflasi yakni pada ketegori transportasi. Dalam andil komoditasnya, angkutan antar kota sumbang inflasi sebesar 0,0165 persen di bulan Desember 2020.

Baca Juga :   Pengakuan Pelaku Kasus Bondet hingga Kronologi Penggerebekan Sabu | Koran Online 21 April

“Inflasi angkutan antar kota tersebut diakibatkan karena naiknya harga, yang mana di bulan Desember naik menjadi 30 ribu rupiah,” terangnya.

Meski inflasi tak terlalu signifikan, besaran nilai inflasi yang disumbang oleh komoditas angkutan antar kota memicu inflasi di Kota Probolinggo.

“Meski mengalami inflasi, tapi kenaikannya tidak begitu banyak. Dibandingkan dulu sebelum pandemi yang sampai 700 ribu rupiah saat puncak Natal” kata Mochammad Machsus, Kasi Distribusi Statistik BPS Kota Probolinggo.

Tak hanya angkutan antar kota dan provinsi pada sektor bus, angkutan travel juga mengalami kenaikan di bulan Desember 2020, yang notabenenya masih masa Pandemi Covid 19. “Travel juga naik sebesar 10 ribu rupiah,” ucap Machsus.

Baca Juga :   SDN Gunggungan Lor Berpotensi Ambruk

Dengan kenaikan harga yang masih memicu inflasi tersebut, disimpulkan jika daya beli masyarakat di masa Pandemi Covid 19 masih terbilang lemah. “Sebetulnya daya beli masyarakat sangat berat, rendah,” jelas Machsus. (dya/saw)