Pasuruan (wartabromo.com) – Semakin pedasnya harga cabai rawit membuat pengusaha kuliner di Kota Pasuruan harus memutar otak. Terutama, pada usaha produk olahan yang banyak menggunakan cabai sebagai bahan baku utama.
Supriadi (56) pedagang bakso di kawasan Taman Kota Pasuruan merasakan dampak harga cabai yang masih melambung tinggi. Ia harus tetap berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Aduh, larang saiki (mahal sekarang). Biasanya dulu cuma Rp40 ribu, sekarang malah tembus Rp120 ribu perkilo,” ujar Pri sapaan akrabnya saat berjualan bakso, Selasa (9/3/2021).
Ia mengaku harus memutar otak dan mengurangi jumlah pembelian cabai sejak 2 minggu terkahir. Hal tersebut dilakukan agar penjualannya tidak mengalami kerugian yang cukup tinggi.
“Biasanya beli 1 kilo setengah, saat ini hanya 0,5 kilo saja,” katanya.
Mengurangi penggunaan cabai juga dilakukan oleh Mamat (26), penjual tahu gejrot di Jalan Diponegoro, Kota Pasuruan. Ia menyadari, mengurangi cabai cukup mempengaruhi cita rasa jajanan yang ia jual.
Mamat tak menyangka jika kenaikan harga cabai tersebut terjadi cukup lama.
“Terpaksa mengurangi lah, mau gimana lagi, daripada tidak jualan,” ucapnya.
Pedagang tahu gejrot ini berharap harga cabai segera mengalami penuruan dan stabil. Pasalnya, kenaikan harga cabai tersebut juga berdampak kepada seluruh masyarakat yang setiap harinya menggunakan cabai untuk memasak.
“Semoga segera turun, sebentar lagi puasa, kasian warga yang tiap hari masak pakai cabai,” tuturnya.
Sementara itu, Edy Trisulo Yudo, Kabid Perdagangan Kota Pasuruan mengatakan, pihaknya sudah berkondinasi dengan Pemprov Jatim terkait melambungnya harga cabai dan minimnya stok cabai di Kota Pasuruan.
Ia mengatakan, walaupun stok cabai berkurang, sejumlah petani cabai di Jawa Timur diperkirakan mampu mencukupi stok cabai hingga idul fitri.
“Janjinya petani, stok cabai menjelang harinya hari raya masih tetap aman,” tutur Edy. (don/ono)