Kartini Inspirasi Penggerak Perubahan Sepanjang Zaman [Perspektif Perempuan di Masa Pandemi]

1858
Pekerjaan mengurus rumahtangga adalah kegiatan yang secara tradisional dianggap sebagai kegiatan perempuan. Sehingga ketika pekerjaan mengurus rumahtangga masuk ke ranah publik yang komersial, maka upah yang diberikan bagi pekerjaan tersebut seringkali relative rendah dibandingkan jenis pekerjaan lainnya.

Oleh : Sri Kadarwati, S.Si, MT *)

SUDAH lebih satu abad R.A Kartini meninggalkan bumi pertiwi, namun nama dan jasanya tetap dikenang sepanjang masa dalam kehidupan kita semua, khususnya kaum perempuan Indonesia.

Bahkan kartini masa kini sangat terasa peranannya dalam keluarga pada situasi pandemi seperti sekarang. Kartini masa kini harus dapat melakukan perannya sebagai pendamping anak belajar dari rumah, memastikan tiap anggota keluarga tetap sehat, dan terjaga asupan gizinya.

Dia juga perlu memiliki kemampuan untuk mengelola cashflow keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan ketika keuangan keluarga terkena dampak pandemi. Bahkan bukan tidak mungkin Kartini masa kini juga perlu menciptakan kegiatan bermain agar anak-anak tidak bosan berdiam diri di rumah.

Begitu banyaknya peran yang dimainkan oleh Kartini-Kartini di era pandemi ini, namun seberapa besarkah perhatian yang sudah diberikan oleh Pemangku Wilayah dan lingkungan sekelilingnya terhadap kesetaraan untuk memainkan peran yang seimbang baik sebagai ibu rumahtangga, pekerja keluarga, buruh, pengusaha, maupun pemimpin di lingkungannya.

Kota Pasuruan dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 yang mencapai 208.006 jiwa terdapat jumlah penduduk perempuannya sebanyak 103.960 jiwa atau sedikit lebih rendah dibandingkan jumlah penduduk laki-lakinya yang sebesar 104.046 jiwa (Hasil Sensus Penduduk 2020, BPS Kota Pasuruan).

Dengan demikian angka sex ratio-nya mencapai 100,08, yang mengindikasikan, bahwa komposisi penduduk perempuan dan laki-laki di Kota Pasuruan hampir seimbang. Artinya, pembangunan yang dicapai, separuhnya ditentukan oleh perempuan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan daya saing dan pembangunan di Kota Pasuruan, perlu adanya kesetaraan gender, yaitu meningkatkan hak, tanggung jawab, kapabilitas, dan peluang yang sama bagi perempuan.

Dalam hal pendidikan, peran perempuan atau ibu di lingkungan keluarga dalam aktivitas belajar di rumah cukup menentukan sukses tidaknya proses pembelajaran jarak jauh atau online. Ungkapan ‘ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak’ terkonfirmasi secara tepat di saat pandemi covid-19 melanda dunia.

Di sinilah relevansi perempuan harus memiliki pengetahuan yang setara dengan kaum laki-laki. Pendidikan untuk semua (education for all) harus terus digaungkan dan diimplementasikan secara rill.

Hal ini sejalan dengan perjuangan RA. Kartini pada masanya yaitu memperjuangkan hak wanita di Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan. Secara kuantitatif kemampuan baca tulis antara laki-laki dan perempuan di Indonesia masih ada gap, demikian pula dengan yang terjadi di Kota Pasuruan. Namun demikian secara umum gap yang terjadi di Kota Pasuruan semakin lama semakin mengecil.

Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dipublish tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan, bahwa penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang mampu membaca huruf latin lebih besar dibandingkan penduduk perempuan yaitu 96,64 persen dan 94,49 persen. Demikian juga kemampuan membaca huruf lainnya bagi laki-laki mencapai 50,78 persen sedangkan penduduk perempuan 47,51 persen.

Berdasarkan status pendidikannya, penduduk perempuan berumur 5 tahun ke atas yang tidak/belum bersekolah maupun yang berstatus tidak bersekolah lagi angkanya relative lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki (BPS , Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Pasuruan 2020).

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.