Skenario Terburuk BMKG, Jatim Diguncang Gempa 8,7 Magnitudo, Bangkitkan Tsunami

4031

Surabaya (WartaBromo.com) – Jawa Timur mengalami peningkatan kegempaan pada beberapa waktu lalu. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, skenario teburuk gempa sampai 8,7 Magnitudo.

Peningkatan gempa signifikan terjadi sejak tahun 2016. Pada 2016 lalu, gempa di Jatim mencapai 655, dari yang mulanya 224. Kemudian berturut-turut di angka 453, 553, 500 hngaa 512 di tahun 2020.

“Akhir tahun kami melakukan evaluasi di wilayah Indonesia mengalami peningkatan gempa bumi. Terutama klaster antara lain yang ada di Jawa Timur. Lepas pantai selatan Jatim,” ungkap Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG dalam Webinar Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Jawa Timur. 

Namun kemudian mulai bulan Januari lalu, jumlah gempa di Jawa Timur tiap bulannya meningkat. Setiap bulannya rata-rata gempa mencapai 600 kali.

Baca Juga :   Cak Thoriq Imbau Warganya Beli Rokok Bercukai
Rata-rata kejadian gempa bumi. Tangkapan layar webinar BMKG.

Dwikorita menyebutkan, gempa-gempa yang tertangkap hitungan ini bermagnitudo di bawah 5. Magnitudo di bawah 6 hanya sedikit jumlahnya.

“Kenapa jadi perhatian? Karena kami belajar, beberapa kejadian gempa yang merusak seperti di Aceh yang waktu itu tsunami, Jogja, Pangandaran baru saja akhir-akhir ini di Lombok, Palu, itu tidak mendadak setelah gempa. Semua selalu di awali dengan gempa-gempa kecil, kadang yang bisa merasakan hanya alam,” lanjutnya.

Untuk itu pihaknya melakukan analisis lebih mendalam terkait hal ini. Sebab gempa-gempa kecil itu jadi awal adanya gempa Magnitudo 6 di Malang beberapa waktu lalu. 

“Kami menyusuri pantai dari Jatim sampai Selat Sunda untuk men-cek yg kami khawatirkan, dari catatan sejarah gempa-gempa yang di atas 7. Diprediksi skenario terburuk kekuatannya 8,7. 8,7 ini bisa membangkitkan tsunami,” jelas Dwikorita.

Baca Juga :   Akhiri Masa Jabatan, Teno: Kepala Daerah Harus Mampu Memberdayakan Masyarakat  

Namun demikian, Dwikorita menyebutkan, analisis yang dilakukan bukan berarti ada kepastian terjadi gempa dengan kekuatan tersebut. Hanya saja ada tren peningkatan gempa-gempa keci, yang mengawali gempa besar. 

“Sehingga yang kmi cek itu kesiapan aparat setempat dan juga pemda setempat serta sarana prasarana untuk evakuasi,” tutupnya. (may/ono)

Baca juga: BMKG Ingatkan Potensi Tsunami di Lumajang Capai 18 Meter