Mengunjungi Kampung Bola di Kraton

3775

 

“Ini memang sudah tradisi dari dulu. Kalau ada piala dunia, piala eropa maupun piala amerika, seluruh warga pasang bendera negara dukungan masing-masing”

Laporan : Akhmad Romadoni

SUASANA berbeda nampak ketika masuk di Desa Gerongan, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Kibaran bendera di seluruh penjuru negara menjadi tanda awal saat berada di desa tersebut.

Semakin masuk ke dalam pemukiman warga, sejumlah bendera negara eropa berada tepat di setiap bagian depan rumah warga. Dengan menggunakan penopang bambu berukuran besar, bendera dengan ukuran jumbo tersebut menghiasi pemukiman yang biasa disebut Kampung Bola.

Samsul Arif (41) seorang warga mengatakan, suasana tersebut memang sudah biasa terjadi di kampungnya. Bahkan, setiap gelaran piala dunia, piala eropa dan piala amerika, warga selalu memasang bendera kebanggaan masing-masing.

Baca Juga :   Alun-alun Bangil Diperkirakan Tenggelam hingga Tanda-tanda Sebelum Gempa Malang | Koran Online 26 Okt

Diceritakan, rata-rata warga Desa Gerongan itu memang sebagai penggila bola. Alhasil, setiap ada gelaran akbar sepak bola dunia, empat Dusun, yakni Dusun Bejawan, Watugede, Kerajaan dan Karang Panas sudah menjadikan kebiasaan memasang bendera itu sebagai tradisi.

“Ini memang sudah tradisi dari dulu. Kalau ada piala dunia, piala eropa maupun piala amerika, seluruh warga pasang bendera negara dukungan masing-masing,” kata Samsul saat ditemui wartabromo.

Semakin masuk kedalam permukiman warga, kibaran bendera dengan ukuran jumbo itu nampak di setiap rumah warga yang mayoritas adalah nelayan. Mulai dari Negara Spanyol, Jerman, Inggris, Portugal, Swiss dan masih banyak lainnya.

Saat ini memang gelaran Piala Eropa sudah digelar. Namun, antusias warga terlihat sejak 2 minggu sebelum pertandingan digelar. Warga sudah memasang bendera satu rumah satu, atau bahkan satu rumah dua bendera lebih.

Baca Juga :   Pelajar Pasuruan dan Papua Berangkulan Rayakan Kemerdekaan Indonesia

“Kan beda-beda, setiap warga punya dukungan masing-masing. Kalau piala eropa ini memang kurang ramai dibanding piala dunia,” ucapnya.

Agus Budianto (45), seorang warga yang istrinya juga seorang penjahit mengatakan, mayoritas warga disini bukan membeli bendera jadi. Namun, membeli kain dan menjahitnya sendiri. Ukurannya pun bervariasi, mulai dari 3×5 meter hingga 10×20 meter.

“Di rumah ada yang 20 meter, bendera Argentina,” kata Agus.

Biaya yang digunakan untuk membuat bendera tidak murah, mulai Rp. 250 ribu hingga Rp. 500 ribu. Harga itu tak dipedulikan oleh warga, karena memang rata-rata adalah penggila bola.

“Berapapun harganya, kalau memang suka mau gimana lagi, gak jadi patokan mas,” ujarnya.

Baca Juga :   Pasien Positif Covid-19 Meninggal, Begini Penjelasan Plt Wali Kota

Sementara itu, Hasani (47), Sekertaris Desa Gerongan menjelaskan, tradisi tersebut sudah ada sejak tahun 80-an. Sampai saat ini, tradisi pasang bendera berukuran jumbo-jumbo tersebut masih dilestarikan.

“Mulai bapak saya dulu, tahun 80-an itu,” ucapnya.

Dengan tradisi pasang bendera negara saat pandemi ini, Pemdes lebih memperhatikan Protokol kesehatan. Mulai dari tak ada nonton bareng, kerusuhan maupun taruhan antar warga.

“Kalau tak pandemi, biasanya mesti ada nobar. Namun, saat ini ditiadakan dulu, yang terpenting itu kesehatan warga dulu,” tandasnya. (*)