Akhirnya, Virus Ini Sampai Juga ke Saya

3212

Oleh: Widya Andriana

TUGAS jurnalistik membuat saya tetap harus berhubungan dengan banyak orang. Meski protokol kesehatan diterapkan seketat mungkin, akhirnya jebol juga.

Terimakasih kepada kawan, kolega dan semua pihak yang mendoakan. Semoga virus ini pergi dari badan.
***
Jumat (2/7/2021) pagi adalah hari pertama saya dinyatakan positif Covid-19. Sesuai hasil tes PCR yang saya jalani sehari sebelumnya.

Saya diputuskan untuk menjalani tes PCR setelah hasil swab antigen yang saya jalani pada Rabu (30/6/2021) lalu lebih dulu menyatakan saya positif.

Kaget, iya. Bahkan sedikit panik. Sekalipun saya merasa tidak memiliki keluhan apapun. Jika pun ada, hanya pilek berhari-hari yang disertai batuk berdahak sesekali.

Selebihnya, saya tidak merasakan gejala apapun. Hilang indera pengecap atau penciuman, seperti yang jamak ditemui pada pasien Covid-19 lainnya, saya tidak mengalaminya. Saya merasa keduanya berfungsi dengan baik.

Baca Juga :   Terungkap, 14 Pedagang di Probolinggo Positif Covid-19

Hal yang membuat saya menjalani swab antigen adalah gejala flu berhari-hari yang tak kunjung selesai. Bukan flu berat. Tapi, seminggu lebih sudah cukup membuat saya untuk swab antigen. Apalagi, ketika batuk, juga disertai dahak.

Saya bersyukur. Meski dinyatakan positif Covid-19, kondisi saya masih cukup baik. Untuk menulis, saya masih bisa melakukannya. Seperti saat saya menulis cerita ini.

Jika pun ada yang berbeda, adalah ruang gerak saya yang terbatas. Saya harus menjalani karantina selama 14 hari dan baru bisa beraktivitas normal setelah hasil PCR berikutnya dinyatakan negatif.

Beberapa teman juga sempat bertanya darimana virus yang kini telah bermutasi dalam berbagai varian ini menjangkiti saya. Tentu, saya juga tidak tahu.

Yang pasti, melihat tren lonjakan Covid-19 sejak pasca libur Lebaran lalu membuat semua pihak khawatir. Terlebih, berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah, meninggalkan lubang di sana-sini.

Baca Juga :   25 Mahasiswa Probolinggo Pulang dari China

Pemerintah, senantiasa terlambat merespons perkembangan situasi. Dan, kita pun sama-sama tahu bagaimana penanganan oleh pemerintah ketika awal pandemi dulu.

Pun demikian dengan ketika terjadi lonjakan kedua. Meski sinyal lonjakan itu sudah terlihat sejak meledaknya kasus penambahan Covid-19 di India, pemerintah terkesan santai. Upaya pengetatan tak juga diambil sampai Kamis (1/7/2021) pemerintah memutuskan untuk menetapkan PPKM darurat di sejumlah tempat.

Sayangnya, lagi-lagi kebijakan itu terkesan terlambat. Pemerintah baru sibuk bukan kepalang setelah tingkat penyebaran kian tak terkendali. Bahkan mencapai rekor tertinggi sejak pandemi terjadi Maret tahun lalu.

Pertanyaan saya, pemerintah mengapa baru sibuk setelah semuanya memburuk? Bukan hanya soal pengetatan. Tapi, juga vaksinasi. Target satu juta vaksin per hari baru dikejar setelah situasinya makin sulit dikendalikan.

Kenapa begitu? Jika bisa dilakukan, mengapa tidak dari dulu? Mengapa menunggu situasi makin memburuk baru pemerintah sibuk?

Baca Juga :   Tangani Covid-19, Ratusan Nakes di Kabupaten Probolingo Terima Insentif

Menjaga ekonomi adalah alasan yang acapkali dinarasikan pemerintah sejak pandemi terjadi. Alasan itu pula menjadikan pemerintah untuk tidak mengambil kebijakan lockdown.

Saya masih ingat betul ketika Sang Presiden dengan lantang menjawab pertanyaan dalam sebuah wawancara khusus di sebuah stasiun televisi nasional saat awal pandemi dulu.

“Coba kasih tahu saya negara mana yang berhasil menangani pandemi ini dengan lockdown?’ jawab Jokowi kala itu.

Sayang, sang pewawancara tidak berani menjawab tantangan itu. Tetapi, hari ini, kebijakan lockdown itu barangkali bisa dilihat hasilnya.

Jika tidak percaya, lihat saja gelaran Euro 2020 yang menghadirkan tim-tim sepak bola negara Eropa. Hampir semua stadion yang menjadi host laga bergengsi itu penuh oleh penonton yang jumlahnya ribuan orang itu. Tanpa jaga jarak, tanpa masker!