Harga Masih Tinggi, Pembeli Batal Beli Minyak Goreng di Pasar Tradisional

1005

Probolinggo (WartaBromo.com) – Harga minyak goreng di sejumlah toko retail modern sudah turun. Namun di sejumlah pasar tradisional di Kota Probolinggo, sejumlah pedagang masih bertahan di harga lama.

Salah satunya di Pasar Baru, harga minyak masih tetap pada harga Rp30 ribu sampai Rp33 ribu per liternya. Padahal di minimarket atau retail modern, harga sudah turun menjadi Rp14 ribu per liternya.

Masih tingginya harga minyak goreng di pasar tradisional ini, diduga karena pedagang mendapatkan minyak goreng ketika harga masih mahal. Sehingga saat menjual pun, tetap di kisaran harga lama. Akibatnya, pembeli memilih mengurungkan niatnya untuk beli minyak goreng di pasar tradisional.

Baca Juga :   Warga Rebut Jenazah Pasien Covid-19 asal Lekok, hingga Bupati Irsyad Minta Anggota DPR RI Buktikan Ucapannya | Koran Online 17 Juli

“Iya memang harga minyak di sini masih tinggi. Makanya saya tidak jadi beli minyak di sini. Lebih baik di retail modern saja, walau pembeliannya dibatasi. Per orang hanya boleh beli 2 bungkus saja untuk kemasan 2 liternya,” kata salah satu pembeli di Pasar Baru, Dewi, Jumat, 28 Januari 2022.

Pedagang pun mengeluhkan kondisi itu. Sebab dirasa tak adil. Masih tingginya harga minyak goreng di pasar tradisional. Atau khususnya di kalangan pedagang toko kelontong, maupun pedagang minyak yang tak tergabung dalam Asosiasi Pedagang Retail Indonesia (Aprindo).

“Stok kami rata-rata dari harga itu (masih tinggi). Jadi tidak ada yang beli,” keluh Sri Wahyuni, pedagang minyak goreng.

Baca Juga :   400 Juleha Siap Beraksi di Idul Kurban

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo, Fitriawati menyebut, sebenarnya harga minyak goreng saat ini masih di angka tersebut atau di kisaran Rp30 ribu per liternya. Namun, pemerintah memberikan subsidi. Penyaluran subsidi itu, dilakukan melalui retail modern atau swalayan. Di mana garis koordinasinya memang bisa diatur dari pusat.

“Sementara pedagang kelontong, atau di pasar-pasar tradisional, masih belum ada,” jelasnya melalui sambungan selular.

Dari pusat, Fitriawati bilang, pemerintah berencana berikan subsidi yang sama pada pedagang kelontong atau yang ada di pasar tradisional. Agar tidak ada gap penjualan dengan toko modern.

“Mestinya ada pendataan pada pedagang itu. Namun sejauh ini kami di Kota Probolinggo masih belum dilibatkan. Atau bisa juga mereka (pemerintah pusat), turun langsung untuk pendataan itu, kami juga tidak tahu pasti,” tandasnya. (lai/saw)