Layanan Kesehatan Mata Kian Mudah Didapat di Probolinggo

1686

Probolinggo (WartaBromo) – Penyandang disabilitas netra di Kabupaten Probolinggo semakin diperhatikan. Salah satunya dengan penerapan fasilitas layanan kesehatan mata inklusif di rumah sakit dan puskesmas.

“Layanan bagi teman-teman disabilitas, tidak hanya disabilitas netra tapi disabilitas lainnya, memang sudah memudahkan teman-teman disabilitas untuk mengunjungi faskes (fasilitas kesehatan) secara mandiri. Jadi gedung itu, sudah disesuaikan dengan kebutuhan kami,” kata Ketua Pertuni Probolinggo, Arisky Perdhana Kusuma pada Selasa, 22 Februari 2022.

Pelayanan yang inklusif dalam pembangunan sarana fisik, seperti medan miring {ram}, guiding block, dan pintu yang lebar. Kemudian meja yang tidak terlalu tinggi dan bisa diakses orang yang memakai kursi roda, serta kamar mandi yang mudah di akses.

Tidak hanya sarana fisik, ketrampilan komunikasi bagi pegawai Puskesmas dan rumah sakit juga diperhatikan. Untuk memudahkan interaksi dan komunikasi antara pasien disabilitas dan staff dalam mewujudkan pelayanan inklusif.

Layanan inklusif itu, terdapat di 6 faskes di Kabupaten Probolinggo. Untuk rumah sakit ada di RSUD Waluyo Jati. Kemudian untuk Puskesmas ada di Puskesmas Besuk, Tongas, Pakuniran, Paiton dan Kotaanyar. Melalui program ISEE {inklusif simtym for efektif eye care} yang lengket di program indra.

Baca Juga :   Terpidana Korupsi KUR BRI Ditangkap hingga Pemkab Pasuruan Bangunkan Kantor PMII Senilai Rp1,6 Miliar | Koran Online 26 Ags

“Tidak hanya oleh pemerintah, tapi kami juga disuport oleh cpm global dari Australia dan Paramitra,” lanjut guru SLB Dharma Asih itu.

Koordinator Yayasan Paramitra Jawa Timur area Probolinggo, M. Fadholi menyebut, layanan kesehatan mata inklusif adalah melayani orang-orang disabilitas. Hak yang sama dengan warga normal tanpa terkecuali dalam mengakses layanan kesehatan. Termasuk kesehatan mata sesuai dengan keterbatasannya.

“Oleh karena itu, Dinas Kesehatan, Yayasan Paramitra, serta Komatda Kabupaten Probolinggo bersinergi dalam berupaya meningkatkan layanan kesehatan mata yang inklusif. Di antaranya mengawali merehap serta melatih staff 5 puskesmas percontohan dan 1 rumah sakit,” ucapnya secara terpisah.

Dengan adanya layanan percontohan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan memudahkan dalam melayani pasien tanpa terkecuali. Memicu Puskesmas dan rumah sakit yang lain menginisiasi program serupa. Melakukan pelatihan bagi staff dan merencanankan merehap infrastruktur yang ramah disabilitas.

Baca Juga :   Karyawan di-PHK Gara-gara Status WA, hingga Kantor Pemkab Pasuruan di Kota Bakal Dipindah | Koran Online 15 Jan

“Serta semua layanan di Kabupaten Probolinggo melakukan kampanye untuk ramah disabilitas, dengan cara melatih kadernya. Bagaimana cara berinteraksi dengan disabilitas dan mensosialisasikan di masyarakat,” tandas Fadholi.

Jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 adalah 1.172.862. Sedangkan penduduk usia diatas 50 tahun mencapai 244.751. Penduduk yang mengalami kebutaan dilihat dari prevalensi RAAB (Rapid Assessment of Avoidable Blindness) 2016 mencapai 4,4% atau 10.769 jiwa. Kebutaan akibat katarak menurut prevalensi RAAB 2016 mencapai 81% atau 8.723 jiwa.

Sedangkan kemampuan operasi katarak di rumah sakit di Kabupaten Probolinggo tahun 2019 mencapai 678. Estimasi jumlah kasus baru per tahun mencapai 20% dengan prevalensi kebutaan akibat katarak sejumlah 1.745 jiwa.

Kondisi itu, menjadi pekerjaan rumah bagi Paramitra, Dinas Kesehatan maupun Komite Mata Daerah (Komatda) Kabupaten Probolinggo. Di masa pandemi, operasi katarak tetap dilaksanakan. Semisal pada akhir pekan lalu, sebanyak 8 pasien BPJS menjalani operasi katarak di RS Rizani Paiton.

Baca Juga :   Probolinggo Ingin Swab secara Mandiri, Tak Bergantung Provinsi; Ini yang Dilakukan

“Dengan adanya operasi kartarak ini, diharapkan angka kebutaan yang disebabkan oleh katarak di Kabupaten Probolinggo bisa dikurangi. Peserta dari berbagai kecamatan. Tahun ini, kami target 60 peserta baksos operasi katarak,” sebut Ketua Komatda Kabupaten Probolinggo, dr. Mirrah Samiyah.

Upaya penguatan pada layanan publik, kata dokter Mia, tak kalah pentingnya. Sebab, disabilitas tak hanya pada netra saja. Disabilitas sendiri terdiri dari disabilitas sensorik, seperti netra dan tuli bisu. Kemudian dsabilitas fisik seperti lumpuh atau kehilangan anggota tubuh akibat amputasi atau dari lahir. Serta disabilitas mental seperti gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainya.

“Diawali dengan pelatihan tenaga SDM (sumber daya manusia) di rumah sakit dan Puskesmas untuk memahami cara melayani pasien difabel, dilanjutkan dengan memberi feedback kepada faskes tahapan perbaikan pembangunan berikutnya,” ujar direktur RSU Rizani Paiton itu. (saw/saw)