Cerianya Bocah Krejengan Lepas Dari Gawai

1930

Krejengan (WartaBromo.com) – Puluhan anak-anak di Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo terlihat ceria, Sabtu (23/7/22). Mereka terlepas dari penggunaan gawai atau gadget yang digandrungi saat ini.

Gelak tawa nan ceria terlontar begitu saja dari mulut anak-anak saat bermain permainan tradisional di rumah warga di Dusun Lamur. Ada beberapa permainan yang dimainkan, si antaranya Uncal (lempar) Sarung, Balang Watu, Balap Sarung, Bakiak Panjang, dan engrang.

Cukup berbekal alat-alat sederhana dari bahan bambu, batu, dan sarung. Ada juga gedebog (batang) pisang yang sudah dipotong-potong. Dengan cekatan mereka kemudian membentuk pola sesuai permainan.

Setelah jadi, mereka pun bergantian memainkan. Ada rasa gembira dan senang ketika menikmati permainan yang hampir punah itu. Permainan ketangkasan fisik yang terkikis permainan di gawai ponsel pintar.

Baca Juga :   Mencoba Lebih Rekat, Polisi di Pasuruan Ajak Warga Lomba Permainan Tradisional

“Senang, tadi main engrang. Pokoknya senang banget,” tutur Firoh, siswi Mi Nurud Dlolam.

Ucapan senada juga dilontarkan Edo. Ia mengaku sangat senang, karena baru pertama kali memainkannya. “Senang sekali, banyak temannya,” tambah bocah berusia 7 tahun itu.

Insiator Komunitas Negri Dolanan Anak Desa (Ndonesa), Khoirul Umam mengatakan, sangat penting memperkenalkan permainan tradisional untuk anak-anak. Untuk mengimbangi gempuran gawai terhadap anak. Selaras dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN).

“Mengurangi ketergantungan, dan kecanduan generasi kita terhadap gadget yang membatasi dunia sosial mereka. Dan agar peduli pada sosial sekitar sejak dini kita tanamkan,” katanya.

Tak hanya bermain, ia dan rekan-rekannya memberikan motivasi terhadap anak – anak yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Agar senang bermain permainan tradisional dan memahami makna dari masing – masing permainan yang dimainkan.

Baca Juga :   Peringati Tahun Baru Islam, RSI Masyitoh Santuni Ratusan Anak Yatim

“Ya contohnya seperti hompimpa ala ihom gambreng, mereka pastinya tidak mengerti apa artinya yang sering dilantunkan mereka, jadi kami beri pemahaman bahwa itu artinya dari tuhan kembali ketuhan ayo kita bermain. Itu berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti positif,” tuturnya.

Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah lembaga pendidikan di Desa Jatiurip. Yakni Madarasah Ibtidaiyah (MI) Sirajul Ulum, MI Nurul Dlolam, MI Syu’batul Kholafiah, dan SDN II Jatiurip. “Bertujuan untuk mempersatukan anak – anak desa,” tandas aktivis GP Ansor itu.

Kegiatan positif tersebut mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa melalui gugus tugas desa layak anak (GTDLA). Karena memang berdampak positif bagi perkembangan anak-anak. Terutama dalam mengurangi ketergantungan pada gawai.

Baca Juga :   Menjaga Egrang Ditengah Pusaran Game Modern

“Alhamdulillah kegiatannya berjalan lancar dan anak – anak semua happy. Dan yang terpenting kegiatan ini untuk memperkuat bahwa ketergantungan anak terhadap gadget itu sangat tidak baik karena masih dinilai bukan waktunya untuk menikmati gadget,” kata ketua GTDLA sekaligus Sekertaris Desa Jatiurip, Moh, Najib Efendi. (cho/saw/asd)