Sedih, Ternyata Ini Makna Tersembunyi dari Lomba Balap Karung Saat Agustusan

950

Pasuruan (WartaBromo.com) – Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) di bulan Agustus selalu identik dengan perlombaan. Salah satu lomba yang paling sering digelar adalah balap karung.

Lomba satu ini bahkan selalu masuk dalam list perlombaan Agustusan setiap tahunnya. Meski terlihat sederhana dan seru, namun tahukah Bolo kalau ternyata balap karung punya filosofi yang menyedihkan?

Dilansir dari berbagai sumber, balap karung sebenarnya dijadikan lomba untuk mengingat masa-masa kelam saat penjajahan Jepang. Di mana pada masa itu, kaum pribumi dipaksa menggunakan karung goni sebagai pakaian.

Pasalnya, pada saat kerja paksa (Romusha), Jepang dengan paksa menghambat proses distribusi bahan pakaian. Nah, karung yang biasa digunakan untuk membungkus beras dan gula tersebut penuh kutu dan tidak nyaman digunakan.

Baca Juga :   Pesan Kebangsaan pada Hari Kemerdekaan ke-74 RI di Pasuruan

Alhasil, kaum pribumi yang mengenakannya terserang berbagai penyakit kulit, seperti koreng dan gatal-gatal. Keadaan tersebut tentu menyiksa orang-orang yang terlibat dalam Romusha.

Untuk itulah, sebagai simbol rasa kekesalan masyarakat Indonesia akan masa kelam tersebut, muncullah lomba balap karung. Serta, sebagai bukti bahwa masyarakat Indonesia tidak mau mengalami hal seperti itu lagi.

Tak sekedar ungkapan kekesalan, lomba balap karung juga punya filosofi lain yakni pantang menyerah dalam meraih kemerdekaan. Apalagi, balap karung ternyata tidak semudah yang terlihat.

Adapun aturan dalam permainan ini adalah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung. Setelah itu, mereka harus melompat-lompat untuk mencapai garis finish. (trj)