Tak Hanya Wisata, Olahraga Dayung di Danau Ranu Grati Patut Diapresiasi

206

Grati (WartaBromo.com) – Penuh semangat, belasan pemuda mendayung perahu menyusuri Danau Ranu. Nampak ada dua perahu, satu perahu menepi dan satu lagi pergi menyusuri Ranu Grati. Mereka sedang berlatih mendayung.

Tak dapat dipungkiri, keberadaan Ranu Grati di Desa Ranuklindungan, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan sejatinya sarat potensi. Selain ikan lempuk sebagai spesies endemik, keberadaan cabang olahraga (cabor) dayung patut dipertimbangkan lagi.

Aisyah Maghfiroh (18) salah satu atlit dayung asal desa setempat mengaku rutin berlatih bersama puluhan teman lainnya di Ranu Grati. Dalam satu pekan, ia berlatih sebanyak 1 kali di hari Jumat.

“Latihannya tiap Jumat sore. Tapi kalau ada lomba bisa 5 kali dalam satu minggu,” ungkap Aisyah salah satu atlit dayung perempuan di Grati yang baru bergabung di tim dayung pada awal tahun ini, Jumat (2/5/2023).

Baca Juga :   Ada Gempa di NTT, Danau Ranu Grati Ikut Berombak

Aisyah menjadi cerminan warga setempat akan ketertarikan mereka pada cabor dayung. Tak khayal, hingga kini tim cabor dayung di Ranu Grati mencapai puluhan orang dan terus bertambah.

Dalam satu tim, lanjut Aisyah, ada 12 orang dengan fungsi yang berbeda. 1 orang di bagian depan menjadi drummer, 10 orang pendayung dan satu lagi di belakang sebagai pengemudi perahu.

Ia sendiri dilatih oleh Rohmatullah yang juga atlit dayung Grati dengan berbagai prestasi. Bersama tim dayung setempat, ia pernah beberapa kali mengikuti sejumlah kejuaraan di level regional maupun nasional.

“Jadi ada dua tim dan dua pelatih. Rohmatullah melatih atlit muda sedangkan Slamet Mardianto melatih atlit kawakan,” papar M. Farid, warga setempat sembari menunjuk kedua pelatih yang sibuk memberikan pelatihan fisik di Ranu Grati.

Baca Juga :   Warga Grati Gelar Larung Sesaji 'Distrikan' di Danau Ranu

Di tahun-tahun sebelum Covid-19, lanjutnya, tim dayung Grati sempat berhasil menyabet kejuaraan di kancah nasional. Tepatnya pada tahun 2019 dalam Jember Dragon Boat tingkat Nasional di Pantai Payangan yang berhasil mendapat juara II. Saat itu, Slamet Mardianto lah yang mengantar mereka menyabet kejuaraan.

Namun demikian, untuk menciptakan atlit yang berprestasi, setidaknya dibutuhkan biaya yang tak murah. Anggap saja untuk memiliki perahu serta dayung sendiri, butuh biaya puluhan juta.

Hingga kini, puluhan atlit tersebut berlatih dengan perahu yang dipinjam dari Dinas Pariwisata. Tak sampai disitu, kendala biaya untuk mengikuti berbagai event acap kali terjadi. Kadang mereka harus mengeluarkan biaya mandiri dengan iuran. (lio/yog)