Suhu Rendah, Bromo Berselimut Kristal Es

182

Sukapura (wartabromo.com) – Puncak musim kemarau, menjadi salah satu waktu terbaik untuk berkunjung ke Bromo. Ada fenomena unik, yang bisa ditemui saat kemarau seperti saat ini. Suhu rendah di sekitar Bromo, membuat permukaan laut pasir dan vegetasi berselimut kristal es.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk bisa menemui fenomena ini. Antara lain, persiapan baju hangat, serta alat pengukur suhu.

“Ada beberapa tanda yang bisa menjadi patokan apakah embun es ini muncul atau tidak,” kata Suyud, salah satu sopir jeep di Bromo, Minggu (03/09/2023).

Beberapa tanda umum itu antara lain, suhu di sekitar Desa Ngadisari, berkisar di bawah 10 derajat celcius. Lalu dingin yang terasa di badan, tidak terlalu dingin dan cenderung empuk.

Baca Juga :   Yadnya Kasada, Wisatawan Dilarang Dekati Bromo saat Proses Ritual

“Kalau dingin biasanya itu kan kulit keras, nah ini tidak. Di kulit dinginnya itu empuk tapi lebih dingin dari biasanya. Bisa juga lihat di hape, kalau berkisar antara 9 derajat, apalagi sampai 5 atau sampai 0 derajat, pasti ada embun bekunya,” lanjut Suyud.

Untuk tahun ini, fenomena embun beku lumayan sering muncul dalam sepekan terakhir. Kemunculannya pun hampir merata. Artinya di permukaan lautan pasir, sampai area vegetasi di savana.

Bahkan di sekitar kaki Gunung Batok, ada pipa air milik warga yang bocor. Karena terlindas roda jeep wisata. Semburan air dari pipa yang bocor itupun membeku. Menciptakan kristal es tebal di permukaan tanaman yang ada di area tersebut.

Baca Juga :   Tokoh Tengger Wanti-wanti Agar Bromo Tak Menjadi Klaster Baru Covid

Kunaji, salah satu wisatawan asal Blitar menyebut, kedatangannya ke Bromo tahun ini merupakan yang terbaik. Karena bisa menemukan embun beku.

“Baru pertama ketemu, bagus sekali. Tapi ya dingin juga,” katanya.

Kendati embun beku ini menjadi buruan wisatawan, namun ada dampak negatifnya juga pada vegetasi yang terkena embun beku. Masyarakat Tengger, menyebutnya sebagai embun upas.

Setiap vegetasi yang terkena embun itu, akan kering dan mati. Hal ini, membuat kawasan savana Bromo rentan kebakaran. Seperti yang terjadi pada Selasa 29 Agustus pekan lalu. Api merambat dari wilayah Bantengan, Lumajang – Malang.

Vegetasi yang sebelumnya terkena embun upas, dengan cepat terbakar. Api terus merembet sampai ke area savana. Beruntung petugas gabungan, TNI, Polri, TNBTS dan relawan setempat, sigap memadamkan api. Sehingga kebakaran bisa dikendalikan dan tidak semakin meluas.

Baca Juga :   Eksotika Sunset Bromo di Akhir Kemarau

Pada tanaman produktif milik warga, embun upas juga sangat merugikan. Lantaran daun tanaman yang membeku bakal mati dan rusak. (lai/saw/yog)