Review Film Agak Laen (2024): Tragedi Komedi yang Segar dan Menyenangkan

139

Kontak selingkuhannya ini, di ponsel si caleg disimpan dengan nama Haji Mansur. Ini mengingatkan saya pada kontak bernama ‘Yanto Damkar’ yang ada di ponsel kawan saya

Oleh : Amal Taufik

Kawan saya, seorang caleg, suatu kali menunjukkan sesuatu kepada saya lewat ponselnya. Saya lupa apa yang dia tunjukkan waktu itu.

Yang saya ingat, saat melihat layar ponselnya, tiba-tiba muncul notifikasi pesan WhatsApp dari kontak yang bernama ‘Yanto Damkar’.

Anehnya, pesan yang masuk sama sekali tidak berkaitan tentang kebakaran atau bencana alam jenis apapun, melainkan berisi: ‘Mz aq udh di rmh. Thx ya mz‘.

Ketika film Agak Laen (2024) tayang di bioskop pada awal bulan Februari lalu, kawan saya ini dengan antusias meminta agar saya menonton film garapan Muhadkly Acho ini.

Film Agak Laen berkisah tentang empat sekawan Oki (Oki Rengga), Boris (Boris Bokir), Jegel (Indra Jegel), dan Bene (Bene Dion Rajagukguk). Empat sekawan ini digambarkan sebagai masyarakat kelas bawah dengan tragedinya masing-masing.

Oki, mantan narapidana dengan ibu yang sakit-sakitan. Boris, mempersiapkan sejumlah uang untuk masuk militer. Jegel, terlilit utang gara-gara judi. Bene, mempersiapkan biaya pernikahan.

Mereka berempat mengelola wahana rumah hantu di pasar malam yang hampir bangkrut, sementara di sisi lain, mereka butuh uang untuk menyelesaikan masalah mereka masing-masing.

Sebagai representasi masyarakat kelas bawah, empat sekawan ini sangat susah untuk mengakses modal. Solusi muncul ketika Oki menemukan sertifikat tanah milik ibunya. Sertifikat itu akhirnya mampu mendatangkan modal untuk merevitalisasi rumah hantu.

Hasilnya, rumah hantu mereka pun viral di media sosial. Pengunjung ramai. Uang berdatangan. Sertifikat ibu Oki berhasil kembali lagi ke tangan.

Tetapi masalah muncul ketika tragedi lain terjadi di dalam wahana. Salah satu pengunjung (Arief Didu), yang tak lain adalah seorang caleg, meninggal gara-gara penyakit jantungnya kumat saat masuk rumah hantu.

Apa yang dilakukan oleh empat sekawan terhadap kematian si caleg sungguh absurd. Dan hal-hal yang terjadi setelah kejadian itu juga tak kalah absurd.

Acho saya kira sangat kreatif dalam meramu komedi. Dialog dan celetukan para pemain adalah gaya komunikasi sehari-hari yang akrab di telinga ditambah berbagai adegan konyol, membuat suguhan ini berhasil mengocok perut penonton.

Tak hanya itu, unsur drama di dalamnya pun juga dieksekusi dengan baik. Drama antara Oki dengan ibunya, menurut saya, mampu memunculkan simpati penonton.

Oki, Indra Jegel, Boris, dan Bene Dion punya kanal youtube dengan nama yang sama: Agak Laen. Barangkali bekal kekompakan di kanal youtube ini pulalah yang menjadikan chemistry empat pemain utama tampak natural.

Agak Laen merupakan film komedi yang menjadikan tragedi sebagai sumbernya. Tragedi hidup masyarakat kelas bawah serta bagaimana upaya mereka memperjuangkan hidup. Sebuah suguhan menyenangkan di awal tahun 2024.

Beberapa waktu lalu saya kembali bertemu kawan saya. Saya katakan kalau saya sudah menonton film Agak Laen. Adegan caleg yang mati di rumah hantu bermula saat si caleg ketahuan selingkuh.

Kontak selingkuhannya ini, di ponsel si caleg disimpan dengan nama Haji Mansur. Ini mengingatkan saya pada kontak bernama ‘Yanto Damkar’ yang ada di ponsel kawan saya.