Merawat Tradisi dan Budaya, Warga Lintas Agama di Senduro Kompak Bikin Ogoh-ogoh

100

Lumajang (wartabromo.com) – Jelang Nyepi, warga Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, mulai membuat patung raksasa.

Untuk tradisi pawai Ogoh-ogoh untuk perayaan Hari Raya Nyepi. Uniknya, tradisi ini tak hanya dijalankan oleh umat Hindu di Desa tersebut. Melainkan juga disemarakkan oleh elemen umat Islam setempat.

Sudah hampir sebulan, warga Desa Burno menggarap patung Ogoh-ogoh untuk persiapan perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946. Mereka rela merogoh kocek pribadi hingga jutaan rupiah.

Selain itu, rumitnya proses pembuatan patung, warga juga suka rela meluangkan waktu untuk membuat Ogoh-ogoh ini.

Tak hanya umat Hindu, proses pembuatan Ogoh-ogoh ini juga melibatkan warga beragama Islam. Kegiatan ini rutin dilakukan warga Desa Burno secara swadaya sebagai bentuk toleransi dan kerukunan antar umat beragama masyarakat setempat.

Salah satu warga, Dwianto mengaku, dalam proses pembuatan Ogoh-ogoh, bahan utamanya menggunakan kayu dan bambu yang dianyam sedemikian rupa untuk membentuk sebuah patung yang seperti diinginkan.

Kemudian, dibutuhkan juga bahan lain seperti styrofoam, kertas koran, kertas semen tanah liat, lem dan kawat untuk membentuk karakter ogoh-ogoh yang diharapkan.

“Proses pembuatan sekitar 1 bulanan, pakai kayu dan dari kertas semen bekas sama koran, semuanya bikin sendiri. Proses pembuatan ini melibatkan umat hindu dan ada juga dari non muslim,” katanya, Sabtu (08/03/2024).

Sementara itu, Tokoh Adat Hindu setempat, Mangku Kasmadi mengaku kerukunan dan kebersamaan antar umat lintas agama ini sudah terjalin selama puluhan tahun. Selain melibatkan warga non Hindu dalam pembuatan Ogoh-ogoh, prosesi iring-iringan nantinya juga melibatkan warga umat Islam sebagai bentuk solidaritas dan kerukunan.

“Jadi semuanya termasuk warga non Hindu seperti Pak Ustadz, Satgas dan Kades ikut mengiring ke Pura Semeru. Termasuk bikin patung Ogoh-ogohnya orang muslim juga ikut terlibat. Ini bagian dari toleransi kami begitupun sebaliknya kalau ada acara keagamaan lain kami juga turut serta,” jelasnya.

Sementara itu, makna dari patung Ogoh-ogoh yakni simbol dari wujud Bhuta Kala atau roh jahat yang memiliki kekuatan buruk yang dapat mempengaruhi manusia. Patung raksasa ini nantinya akan diarak keliling kampung kemudian dibakar sebagai wujud perlawanan terhadap roh jahat tersebut.

“Makna Ogoh-ogoh ini menggambarkan wujud si Bhuta Kala. Supaya tidak mengganggu warga Desa di kasihlah upacara untuk memberi makan si Bhuta Kala dan nanti ujungnya akan dibakar,” tutup Mangku Kasmadi. (lai/may)