Sukapura (WartaBromo.com) – Maraknya kecelakaan tunggal karena motor matik wisatawan mengalami rem blong, warga Suku Tengger di Ngadisari, Sukapura, Kabupaten Probolinggo, tak tinggal diam.
Pemdes setempat, bersama semua unsur masyarakat, bahu membahu mengingatkan wisatawan yang datang. Setiap pengunjung yang naik menggunakan motor matik, dicegat di Balai Desa Ngadisari.
Disitu, wisatawan diberi sosialisasi dan disarankan untuk pindah transportasi. Mulai dari elf (minibus), ojek motor, sampai jeep wisata, tergantung dari ongkos yang dimiliki wisatawan.
“Kami terapkan itu bukan mencari untung, tapi sayang sama nyawa wisatawan yang datang, karena banyak kasus rem blong, terutama motor matik,” kata Kades Nagdisari, Sunaryono, Minggu (8/6/2025).
Upaya pengetatan atau filterisasi pengunjung yang memakai motor matik itu masif dilakukan sejak sepekan terakhir, atau pasca kecelakaan maut yang menimpa dua wanita asal Kecamatan mayangan, Kota Probolinggo, sepekan lalu.
“Kemarin saja pagi-pagi dua motor matik remnya nyeplos (rem blong) di sini. ternyata mereka masuk dari pintu Pasuruan, keluar dari Probolinggo sini,” kata kepala desa.
Minggu pagi ini, pihak desa sampai kuwalahan. Mengingatkan para pengunjung yang naik menggunakan motor matik.
“Karena bertepatan dengan rangkaian perayaan Yadnya Kasada, jadi kami dikira tebang pilih. Padahal yang naik itu warga lokal dan paham betul daerah sini,” ujar dia.
Bagi pengunjung yang nekat dan ngeyel masuk kawasan dengan motor matik, pemdes setempat meminta wisatawan itu untuk membuat surat pernyataan tertulis.
Bahwa sudah diingatkan dan dilarang naik dengan motor matik, antisipasi kecelakaan tunggal rem blong. Namun yang bersangkutan tetap memaksa.
“Kami itu heran, mereka (wisatawan), lebih sayang motor atau uangnya, dari pada nyawa sendiri. Kalau sampai rem blong, taruhannya nyawa, bukan yang lain,” tandasnya.
Pihak desa pun tak tanggung-tanggung turun tangan antisipasi kecelakaan tunggal akibat rem blong ini. Warga bahkan memberikan perbaikan rem pada motor yang terindikasi mengalami rem blong.
namun lagi-lagi, upaya itu dipandang hanya sebagai motif ekonomi semata. Padahal dilakukan karena Warga Tengger sayang pada nyawa wisatawan yang datang dari berbagai penjuru tanah air. (lai/Saw)