Milani Damayanti, Lulusan SD Berdayakan Warga Lewat Daur Ulang Sampah

991
Milani Damayanti tengah bekerja. WARTABROMO/Sundari A W

Paiton (wartabromo) – Sampah menjadi problem yang sulit dipecahkan, terutama di kota-kota besar semisal Jakarta. Di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur sampah non organik didaur ulang menjadi barang bernilai guna. Leadernya adalah seorang ibu rumah tangga, yang mengubah sampah kertas menjadi pembatas kertas kerja. Meski sederhana, hasil penjualannya mampu menopang ekonomi keluarga.

Di kota-kota besar, sampah menjadi problem yang tak terpecahkan. Namun, ditangan ibu-ibu rumah tangga di Desa Plampang Kecamatan Paiton, sampah kertas yang tak berharga disulap menjadi barang yang bernilai ekonomis. Kaum wanita yang tergabung dalam kelompok belajar masyarakat (KBM) At-Taubah yang dipimpin Milani Damayanti (31) tahun, mampu mengubah sampah kertas dari perkantoran menjadi kertas baru. Kertas-kertas itu kemudian dikreasikan dijadikan pembatas buku, kertas kerja bahkan notebook.

Baca Juga :   Gus Ipul Unggul Tipis Atas Khofifah di Kabupaten Pasuruan

Milani Damayanti, mengatakan, ketertarikan untuk mendaur ulang sampah kertas, berawal dari banyaknya sampah kertas di kalangan masyarakat yang terbuang percuma. Baik kertas bekas pakai dari rumah tangga. sekolah, dan perkantoran.

Kemudian dengan belajar secara otodidak, ia mengajak tetangganya untuk mendaur ulang kertas menjadi pembatas kertas, kertas kerja dan notebook serta berbagai macam lainnya.

“Sekitar dua tahun lalu. Saya prihatin, karena sampah-sampah ini mengandung redisu kimia dan sangat mencemari lingkungan. Karenanya saya kemudian mencari alternatif pemanfaatannya,” ujarnya kepada wartabromo.com, Sabtu (7/11/2015).

Tehnologi yang digunakan pun sangat sederhana, bahkan prosesnya tak membutuhkan waktu yang lama. Pertama, kertas bekas disobek-sobek kecil dan direndam selama 5 menit, sebelum dimasukkan ke tempat penggilingan. Kemudian, kertas itu digiling halus selama 1 jam untuk menjadi bubur.

Baca Juga :   Potong Arus, Truk Tronton Disasak Bus Penumpang asal Jakarta

Setelahnya bubur kertas siap dicetak, yakni dengan memasukkan bingkai untuk cetakan yang menggunakan kain kassa, lantas setelah itu siap dicetak pada selembar kain kosong.

Kain yang sudah ada bubur kertasnya kemudian dijemur selama 1 satu hari. Proses ini belumlah selesai, sebab kertas yang sudah kering masih harus dipotong sesuai ukuran.

Ibu dua anak yang tak lulus SMP ini, kemudian mengajak tetangganya, yang mendapat sambutan hangat. Kini kelompok yang awalnya berjumlah 4 orang itu, bertambah menjadi 24 orang. Mereka tertarik karena, jam kerjanya menyesuaikan dengan waktu luang mereka.

Selain itu,untuk setiap lembar kertas setiap anggota mendapat upah 100 rupiah. Sementara,tiap harinya regu yang beranggota 4 orang mampu memproduksi 2 rim kertas berisi 500 lembar.

Baca Juga :   Sakeramania, Kunci Kemenangan Persekabpas Pecundangi Persid di Piala Indonesia 2018

“Cukup membantu perekonomian keluarga. Ya setelah selesai urusan pekerjaan rumah tangga,” tutur Hatima, salah satu anggota kelompok.

Kini, setiap minggu kelompok ini mampu memproduksi pembatas kertas sebanyak 84 rim. Dengan harga jual Rp 60 ribu rupiah per rimnya, hasil produksi ibu-ibu rumah tangga itu, habis terserap oleh perkantoran baik swasta maupun milik pemerintah di probolinggo. (saw/fyd)