Balada Budak (Bawah) Perut

962

ilustrasi ceraiFirman geleng-geleng kepala setelah membaca berita Warta Bromo di handphone-nya. ”Rupanya masyarakat sudah benar-benar menghayati nasehat para artis di televisi” katanya setengah bergumam.

”Memangnya ada apa, cak?” Cak Manap bergeser mendekat.

”Coba baca” Firman memberikan HP-nya kepada Cak Manap. Setelah membaca sekilas Cak Manap juga geleng-geleng. ”Gila, dalam setahun ada ratusan istri menggugat cerai suaminya.”

Yang lain jadi penasaran.

”Coba baca yang keras, cak” ujar Mas Bambang

”Cerai gugat jauh lebih besar daripada cerai talak. Kebanyakan karena alasan ketidakcocokan dan masalah ekonomi” kata Cak Manap menyimpulkan isi berita. Para pengunjung warung saling pandang dan mulai bisik-bisik. Cak Mukri yang rajin tombok togel  sekaligus mbolos kerja terlihat sedikit pucat. Mungkin khawatir di-PHK  jadi suami oleh Yu Sri.

”Ya begitulah kalau istri ikut kerja, alamat sudah.” Mas Bambang langsung menjastifikasi.

Baca Juga :   Puncak Hari Jadi Pasuruan, Pejabat SKPD Berdandan Islami

”Lha kalau tidak belanja tidak cukup, apa salahnya gotong royong.” Cak Mukri menyahut.

”Makanya kalau terlanjur jadi suami di zaman sekarang, harus pintar-pintar cari uang agar tidak dipecat. Informasi, budaya dan penyakit sejarah telah mengajarkan kepada para istri untuk tidak betah sedikit melarat.”

”Hati-hati lho Mas Bambang, sampeyan bisa dituntut sama KPAI karena dianggap melakukan tindakan kurang menyenangkan terhadap kaum perempuan. Itu bisa dituduh melakukan semacam KDRT nonformal.” Ustadz Karimun mengingatkan.

”Itulah repotnya, ustdaz. KDRT hanya diartikan tindakan penganiayaan fisik, sedangkan tindakan penganiayaan psikis tidak ada pasalnya. Padahal ngomel sama suami karena uang belanja standart, karena penghasilan kecil, karena tidak memiliki profesi mentereng juga tak kalah menyakitkannya daripada KDRT formal. Membunuh suami secara perlahan dengan hanya memberinya makan mie instant atau telur ceplok juga KDRT. Mempercepat kematian suami karena jantung koroner akibat teror mental membandingkan penghasilan juga KDRT.  Apalagi menteror suami agar cari utangan tiap bulan, memaksa suami agar berurusan dengan debt collector dealer motor juga termasuk KDRT menurut saya. Ustdaz kan lebih paham kalau suami tidak wajib ganti motor setiap kali di-launching untuk menyenangkan istri?” Ustadz Karimun jadi garuk-garuk kepala.

Baca Juga :   Gara-gara Rem Ndadak, Arek Kaligung Tewas Ditabrak Truk Fuso,

”Tapi tidak boleh anarkis begitu, mas. Bukankah dalam agama istri hanya berkewajiban melayani suami di tempat tidur saja? Mengasuh anak, masak dan mencuci kan kewajiban kita?” Firman menyanggah.

”Iya, tapi zaman sekarang istri terlalu patuh pada iklan-iklan di televisi, cak. Jarang ada yang mengerti kemampuan suami dalam mencukupi kebutuhan standart, padahal kan kita masih bisa bertahan hidup kalau pakai motor butut, tinggal di rumah kontrakan atau meggunakan sandangan standart? Kita juga tidak melanggar UUD’45 kalau berpenghasilan rendah, memberi makan istri dengan menu seadanya, rekreasi seumur hidup hanya beberapa kali serta membocengnya dengan motor butut”

”Dimana-mana, suami itu akan bangga kalau istrinya bahagia. Kita rela kerja banting tulang, endas digawe endas, sikil digawe sikil bahkan keringet sampek tutuk bokong ya dalam rangka membahagiakan istri, mas. Kalau tidak mau kerja keras ya tidak usah menikah saja” Firman rupanya termasuk anggota ISTI,ikatan suami takut istri.

Baca Juga :   Dirampok Wasit, Persekabpas Kalah Telak di Banjarnegara

”Dan kita juga mesti ingat kalau pernikahan itu bukan untuk mengekploitasi suami. Kalau dengan menikah istri berhak mempekerja rodi kan suami, apa bedanya dengan perbudakan?”

”Begitu juga, kalau suami hanya memberi uang belanja standar padahal uang itu dimakan bersama, tidak ada nafkah khusus buat istri, apa bedanya dengan penyekapan?”