Balada Budak (Bawah) Perut

962

”Waduh, kok jadi eyel-eyelan begini?” kata Ustadz Karimun melerai. ”Coba kita baca beritanya dengan lengkap. Tuntutan cerai bukan hanya karena uang belanja, cak-mas!, tapi juga karena masalah ketidakcocokan.”

”Apalagi begitu, ustadz. Masalah perselingkuhan malah tidak bisa ditolelir. Apa tujuan utama kita menikah hanya masalah perut dan di bawah perut? Apa pernikahan itu ibarat channel televisi, tidak cocok ganti, tidak suka gugat cerai? Apa bedanya dengan zaman jahiliyyah?” Semuanya lama-lama curiga karena omongan Mas Bambang tidak seperti biasanya. Kok tumben tidak ada hawa atheisme sama sekali dalam omongannya kali ini?

”Kadang kita sendiri kok yang nggak pokro. Contohnya sekarang, malam Jum’at, dingin, kita malahnyangkruk di warung. Kalau istri jablay dan berpikir macam-macam kita ngamuk.” kata Firman memukul telak semua anggota jamiyyah cangkrukan itu.

Baca Juga :   Puncak Hari Jadi Pasuruan, Pejabat SKPD Berdandan Islami

”Kita kan butuh pelepasan, cak. Seharian kerja, sudah bertahun-tahun pula, masa hidup akan kita habiskan buat kerjaaaa terus? Lagi pula urusan selingkuh tak ada sangkut pautnya dengan warung kopi. Selingkuh itu adalah dampak dari hobi istri kita melihat sinetron dan drama India di televisi. Televisi membuai hayalan-hayalan mesum dengan cerita mesum dan wajah ganteng gagah pemerannya.”

Nggak ilok, mas. Kalau soal selingkuh malah kaum kita yang lebih ndablek. Kaum Hawa hanya ada di rumah dan menjadi semi pembantu yang kerjanya full time. Pagi nyuci kain, siang angkat kain, sore menyetrika kain dan malam malah buka kain. Mau selingkuh, mana sempat?” meyakinkah sudah kalau Firman Murtadlo adalah aktivis jender, eh, bertakwa kepada istrinya.

Baca Juga :   Gara-gara Rem Ndadak, Arek Kaligung Tewas Ditabrak Truk Fuso,

”Tadi beritanya berbunyi jumlah tuntutan cerai meningkat karena masalah ketidakcocokan. Kalau istri sudah tidak cocok kepada suami, itu artinya para istri sekarang sudah menerapkan emansipasi sepenuhnya seperti laki-laki. Kalau laki-laki berselingkuh dan mencerai istrinya, perempuan sekarang sudah beremansipasi dengan menuntut cerai dan menikah dengan pria idaman lainnya.” sepi, Firman bungkam beberapa lama.

”Ini semua adalah akibat perut yang maha kuasa!”

”Maksudnya?” semua bertanya hampir serempak.

”Perceraian tadi, juga berbagai penyakit sejarah yang telah, sedang dan akan menimpa kita adalah karena perut telah memperbudak kita. Kenapa para istri ramai-ramai menuntut cerai, salah satu faktornya adalah uang belanja, dan itu artinya masalah perut. Selanjutnya, setelah perut kenyang libido akan memuncak. Maka, diakui atau tidak, perceraian terjadi semata-mata karena perut dan organ di bawah perut.”

Baca Juga :   Dirampok Wasit, Persekabpas Kalah Telak di Banjarnegara

(Abdur Rozaq)