Fatkhurrohman Menghafal Al-Qur’an dengan Cara Mendengar

4062

hafidz tuna netraGondangwetan (wartabromo) – Jika orang normal membaca atau menghafal dengan cara melihat Al-Qur’an maka berbeda dengan Fatkhurrohman, pemuda asal Dusun Kluwes, Desa Menarik, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan yang mengalami disabilitas tuna netra itu menggunakan metode sederhana, yakni mendengarkan ayat-ayat yang dibacakan sang ustadnya.

Sedikit demi sedikit Rohman menghafalkan Al-Qur’an dengan cara tersebut. Hingga selama 10 tahun, Rohman akhirnya berhasil menjadi hafidz pada usia 14 tahun.

“Tahun 2004 sampun khatam (hafal 30 jus Al-Qur’an, Red),” kata Rohman dengan ekspresi datar.

Setelah menjadi hafidz, ia terus berjuang untuk menyempurnakan bacaan Al-Qur’an yang dia hafal tersebut.

Prestasi Rohman yang menjadi hafidz di usia sangat muda ini tidak pelak memukau semua orang, baik ustad-ustadnya maupun teman-temannya. Adik-adik dan teman sekelasnya di Madin bahkan seringkali memintanya membimbing mengaji Al-Qur’an.

Baca Juga :   6 Pengikut Dimas Kanjeng Dapat Remisi Hari Raya

Karena kelebihannya tersebut, pihak panti asuhan kemudian menyertakan Rohman dalam berbagai lomba, baik Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) maupun Musabaqoh Hafalan Qur’an (MHQ) di berbagai tingkatan. Dan hasilnya, sang hafidz berhasil menyabet berbagai gelar juara baik tingkat Kabupaten, Provinsi hingga Nasional.

Rohman pun masih sangat hafal berbagai kejuaraan yang diikutinya. Ia bahkan merinci dengan lancar deretan prestasi yang pernah diraihnya sejak 2002 hingga 2010. Pemuda yang memiliki suara merdu ini pernah menjadi juara I MTQ Tingkat Kabupaten Pasuruan tahun 2002, juara II MTQ Tingkat Kota Madya Surabaya tahun 2004, juara III MTQ Tingkat Provinsi Jawa Timur di Sumenep tahun 2005, juara I MHQ Tingkat Kabupaten Pasuruan tahun 2007, juara I MHQ Tingkat Provinsi Jawa Timur di Lumajang tahun 2007 dan juara harapan III MHQ Tingkat Nasional di Palembang tahun yang sama.

Baca Juga :   Kalanganyar, Kampung Pejuang yang Terlupakan

Rohman mengatakan semua piala yang ia peroleh kini tertata rapi di kantor Yayasan Panti Asuhan dimana ia menambah ilmu. Salah satu piala, katanya, bahkan diminta oleh Bupati Pasuruan saat itu, Jusbakir dan untuk disimpan di Pendopo Kabupaten.

Meski sudah hafidz dan memiliki segudang prestasi, ia mengaku tetap ingin memperdalam ilmu Al-Qur’an. Ia ingin hafal makna setiap ayat yang dihafalnya. Saat ini ia mengaku sudah hafal makna beberapa jus. “Saya masih ingin terus mencari ilmu dan ingin membahagiakan kedua orang tua,” katanya. (fyd/fyd)