Balada Mukena Markonah

2217

IMG_20160611_122325Tarawih, bagi Yu Markonah kadang bisa jadi penyakit. Bukan karena asam urat mengganggu rukuk-sujud istri Cak Manap itu, tapi ini masalah mukena. Kita mafhum gara-gara artis di TV, kini marak mukenah gaul. Mukena warna-warni, pakai bordir bahkan ada yang pakai asesoris segala. Hmmm, wanita, saat ibadah pun masih memperhatikan penampilan.

Tadi, sepulang tarawih Yu Markonah nggeremeng seperti tawon kena asap kepada Cak Manap. Sambat kalau mukenanya sudah ngelinting, kalau dipakai bisa terangkat hingga tungkai, yang itu artinya sholat tarawih Yu Markonah terancam tidak sah.

“Ya maklum pak, wong ini mukenah hasil lamaran dari sampeyan dulu. Sudah lima belas tahun belum juga ganti. Kok yo kenemenen, buat ibadah kok malah karen-karen. Pokoknya, lebaran nanti saya minta belikan mukena bordir warna oranye. Biar ngejreng seperti mukena Bu RT.” Cak Manap geleng-geleng seraya menyeruput kolak pisang sisa berbuka.

Baca Juga :   6 Korban Luka Kecelakaan Mahasiswa UGM Dirujuk ke Yogya

“Sampeyan itu, mau sholat apa mau mejeng? Seperti anak muda saja.”

“Lha apa sampeyan ndak malu saya pakai mukenah ngelinting begitu?”

“Ya, kalau mau beli mukenah baru jangan yang warna-warni dan penuh asesoris begitu. Bisa mengganggu kekhusyu’an orang sholat.”

“Kok bisa? Jangan-jangan sampeyan mau mangkir, tak mau membelikan saya mukenah?”

“Ah, jangan su’udhon. Ini demi kebaikan sampeyan dan umat Islam, kok.

Mukenah gaul itu bisa mengganggu kekhusyu’an, karena jamaah yang berada di belakang akan ngelamun saat sholat. Orang akan menaksir harganya, dimana pabriknya, siapa yang menjahit, bahkan sampai mikir apa karyawan pabrik mukenah itu diupah UMR, dapat THR atau sudah di-PHK akibat outsourching?. Kanjeng Nabi pernah diberi hadiah jubah bersulam, malah dihadiahkan lagi karena mengganggu sholat beliau. Itu Kanjeng Nabi, apalagi kita.”

Baca Juga :   Wajah Baru Pasar Ngopak

“Ulama dulu sangat berhati-hati sehingga merekomendasikan agar mukenah berwarna putih saja. Ya itu tadi, agar tidak mengganggu kekhusyu’an sholat. Dan yang paling berbahaya, mukenah gaul bertentangan dengan Pancasila karena bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Yang berkecukupan bisa mengkoleksi mukenah bordir, mukenah asesoris, mukenah batik atau kapan-kapan ada mukenah parasut, mukenah digital, mukenah plus ransel atau mukenah antipeluru dan mukenah anti bom, buat jaga-jaga diserang teroris saat berjamaah. Nah bagi yang pas-pasan seperti kita, jangan-jangan sholat sambil ancang-ancang mau ambil kredit mukenah mahal.”

“Mukenah gaul bisa memunculkan gosip. Orang akan rasan-rasan, meski Yu Painah pakai mukenah mahal, toh itu hasil kredit dan tiap bulan kalang kabut membayar cicilan. Meski mukenahnya gaul, Yu Jah hanya setahun sekali naik musholla, dalam rangka sholat sunnah tahunan, dan dalam rangka pamer mukenah cicilan.”

Baca Juga :   Safari Politik, Gus Ipul Sasar Pemilih Pemula di Probolinggo

“Sampeyan nyindir ya pak?” kata Yu Markonah merasa tersinggung.

“Ah, kata siapa?”

“Kok semuanya persis?”

“Ini hanya analisa, bu. Saya juga suka ngelamun kalau pas sholat ada orang pakai kaos gambar kecap. Apalagi kalau gambar caleg, bisa sholat sambil nggeremeng dalam hati. Menyalahkan yang memakai dan menyalahkan yang nyaleg. Apa kita tidak bisa terlepas sebentar saja dari gangguan politik, bahkan saat sholat pun, senyum –sok—manis caleg masih “menggusur” Tuhan dari hati dan pikiran kita?”

Penulis: Abdur Rozaq