Kepincut Penggandaan Uang, S Rela Hutang Rentenir hingga Dicerai Suami

893

Gading (wartabromo) – Seorang wanita asal Nguling, Pasuruan, yang menjadi salah satu korban mendatangi Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi (13/10/2016). Kedatangan korban tersebut meminta uang yang pernah disetor ke koordinator Rp 500 juta.

Wanita berinisial S ini mengaku, awalnya ia ikut ke padepokan karena ajakan tetangganya bernama Juwariyah pada tahun 2010 lalu. Juwariyah ini menjadi koordinator untuk kawasan Nguling Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya. Ia mengaku tertarik menyetor uang karena dijanjikan akan berlipat ganda. “Salah satunya karena bertambah hingga miliaran,” kata S.

Karena kepincut, akhirnya ia mulai menyetor dana dari Rp 3 juta hingga Rp 500 juta. Uang tersebut didapat dari berbagai sumber, seperti hutang rentinir, ke bank dan segala macam. Bahkan, saat pelantikan Taat Pribadi menjadi Raja Nusantara ia ditarik Rp3 juta untuk menambah mahar.

Baca Juga :   Jika Terpilih, Bambang- Said Janji Bagikan Rp 500 Juta Per Desa

Bahkan karena ikut ke padepokan tersebut ia harus rela rumah tangganya berantakan hingga berakhir perceraian. “Sudah tiga tahun bertengkar, dan sekarang sudah pisah gara-gara ini,” katanya.

Tidak hanya cerai dengan suami, ia juga rela hartanya disita oleh bank dan rentenir, begitu juga dengan mobilnya. “Toko saya sudah disita rentenir, hutang 50 juta nyaur (mengembalikan) 200 juta, pokoknya sekarang ini sudah tidak ada semua, usaha juga modalnya sudah tidak ada,” katanya.

Sejatinya, ia tak akan melapor ke Polres Probolinggo, tapi karena uangnya pun tak kembali akhirnya memberanikan diri untuk melapor. “Tak boleh melapor mas, tapi mau bagaimana lagi, sekarang sudah gak punya apa-apa,” katanya.

Baca Juga :   Angin Puting Beliung Rusak 11 Rumah Warga dan Pabrik Bosto

Selain karena diimingi-iming uang dengan miliaran rupiah, dia juga diberikan air yang berasal dari padepokan. Salah satu tujuannya karena agar saat diajak oleh Juwaryiah mau menyetor uang.

“Saya sadarnya ketika ada penangkapan Taat prbadi, dan air dari padepokan juga sudah tidak kami minum,” tandasnya. (saw/fyd)