Menonton Keseruan Kerapan Sapi Mini di Lumbang Probolinggo

2690

Probolinggo (wartabromo.com) – Kabupaten Probolinggo dengan budaya Pendalungan-nya kaya akan tradisi dan budaya. Salah satu budaya yang dilestarikan adalah kerapan sapi mini.

Kerapan sapi mini merupakan kerapan sapi yang menggunakan anakan sapi. Tetap terjaga kelestariannya, terutama di wilayah Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.

Biasanya, gebyar lomba dilakukan pada peringatan kemerdekaan, rangkaian acara Selamatan Desa dan kejuaraan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Nah, kali ini wartabromo.com berkesempatan menontonnya dalam acara Selamatan Desa Palang Besi, Kecamatan Lumbang.

Kerapan ini mengadopsi peraturan kerapan sapi Madura. Namun, sapi yang diperlombakan bukan sapi dewasa melainkan anakan sapi merah atau sapi madura.

Sapi yang mengikuti kerapan ini, minimal berusia empat bulan hingga 1,5 tahun. Otomatis, joki kerapan juga masih bocah karena menyesuaikan ukuran sapi.

Baca Juga :   Budaya 3 Negara Membuka Semipro 2018

Salah satu joki kerapan sapi, Rudianto (10) mengatakan, dia sudah belajar selama enam tahun. Persiapan yang dilakukan untuk mengikuti perlombaan ini adalah terus berlatih dan berlatih.

“Awalnya takut, tapi lama kelamaan ya tidak takut. Untuk kerapan sapi sekarang ini, saya harus berlatih selama enam bulanan. Agar bisa menang lomba,” tutur Rudi.

Menariknya, sebelum perlombaan adu kencang ini dimulai, para joki beserta sapi yang akan diperlombakan, berkeliling arena perlombaan. Mereka menyapa para penonton yang berada di luar area dengan diiringi musik tradisional.

Usai mengelilingi arena, kerapan sapi dimulai dengan mengadu kecepatan 2 pasang sapi mini. Pasangan sapi yang terlebih dahulu menyentuh garis finis akan dinyatakan sebagai pemenang.

Baca Juga :   Bertema Puspa Nusantara, Carnival On The River Semakin Keren

Namun, untuk menjuarai sebuah perlombaan pasangan sapi mini itu, harus melewati beberapa tahap. Pasalnya, sebuah kejuaraan menganut sistem qualifikasi hingga babak final, seperti aturan kerapan sapi Madura.

Kerapan sapi mini tidak setiap waktu dilaksanakan. Makanya, gelaran tradisi ini selalu menjadi daya tarik masyarakat. Warga mengaku senang menonton kerapan sapi mini, karena sapinya kecil dan tidak menakutkan, larinya pun lebih kencang.

“Kalau sapi besar, saya takut. Tapi ini, sapinya kecil, jadi saya tidak takut. Begitu pula jokinya, kecil-kecil tapi berani,” kata Holifah, salah satu penonton. (lai/saw)