Terkait dengan Kasus Mako Brimob, Bom Surabaya Disebut Ajang Buka ‘Medan Perang’

1142

Surabaya (wartabromo.com) – Peledakan bom beruntun pada tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5) pagi, dinilai bentuk kemarahan kelompok teroris, menyusul peristiwa di Mako Brimob Kelapa Dua Depok Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Aksi bom Surabaya, pun dianggap sebagai ajang membuka medan perang, kelompok teroris.

Ada penilaian negatif ke polisi tatkala memindahkan narapidana teroris, dari Mako Brimob ke LP Nusakambangan Cilacap Jawa Barat. Terungkap, dalam proses pemindahan itu, sejumlah tindakan polisi dianggap tidak manusiawi. Salah satunya saat polisi suapkan makanan ke napi teroris, dalam perjalanan di dalam bus dengan tangan diborgol dari Mako Brimob ke Nusakambangan.

Tindakan itu diduga memicu amarah kelompok teroris, hingga kemudian melakukan aksi pengeboman di tiga gereja di Kota Pahlawan pagi tadi.

Baca Juga :   Polisi Masih Tangkap Pengguna Sabu Belum Pengedar

“Ini bisa jadi luapan kemarahan kelompok mereka (teroris),’’ kata Ali Fauzi, Direktur Lingkar Perdamaian via sambungan seluler.

Lebih jauh, mantan kombatan bom Bali itu mengungkapkan, musnahnya basis ISIS di Syria dan Iran dinilai juga cukup menghawatirkan. Sebab, kelompok teroris sudah tidak lagi memiliki medan untuk berperang, sehingga akan menciptakan ruang perang baru. Itulah kemudian, aksi bom di Surabaya kali ini dinilainya sebagai membuka medan perang, bagi kelompok teroris.

Salah satu langkah untuk membatasi ruang gerak teroris, dikatakan semua pihak harus berkomitmen untuk melawan aksi teror. Karena mencegah aksi teror, bukan hanya tugas kepolisian atau BNPT (badan nasional penanggulangan teroris).

‘”Ini harus diantisipasi agar tidak meluas,’’ ujar adik Amrozi, terpidana mati pelaku bom Bali I itu.

Baca Juga :   Viral, Video Remaja Buang Baju saat Diperiksa Polisi

Baca juga : [Ramai-ramai Warga Tandatangani Dukungan Tumpas Teroris]

Untuk mengidentifikasi jaringan pelaku bom Surabaya, pria biasa disapa Manzi itu mengatakan, polisi bisa melihat dari bahan bom yang digunakan. Menurutnya, setiap jaringan teroris memiliki karakter bahan tertentu membuat bom.

‘’Apakah nanti seperti dengan bom sarinah atau bom kampung melayu, atau ada yang lain, itu bisa dilihat dari bahannya,’’ terang Manzi.

Polisi diharap dapat segera mengidentifikasi lokasi titik aksi pengeboman, kemudian dijadikan bahan untuk identifikasi melalui lab. Hasil itu bisa menjadi acuan, menemukan jaringan pelaku dan bisa ditarik lebih spesifik, sosok masing-masing pelaku. (asd/ono)