Zohri Sebentar Lagi

1355

Maunya Zohri: langsung saja ke olahraganya. Dan itu berarti sepakbola. Ia memang seperti Suryo. Suka sekali sepakbola.

Tapi, sebagai siswa, Zohri harus ikut dasar-dasar olahraga ini: trilomba. Tolak peluru, lempar cakram/lembing dan lari 100 meter.

Saat itulah Bu Rosida tahu: untuk lari Zohrilah juaranya.

Maka ketika ada kejuaraan kabupaten bu Rosida tidak perlu lagi melakukan seleksi. Langsung tunjuk Zohri.

Sejak itulah bu Rosida jadi pembina Zohri. Sampai tamat SMP. Menjuarai kejuaraan daerah lari 100 meter. Tanpa sepatu. Kaki telanjang. Nyeker.

Setelah jadi juara daerah itulah Zohri diminta pindah: ke ibukota NTB. Untuk sekolah di SMAN II Mataram: tinggal di asrama atlet.

Baca Juga :   UNICEF dan Dinkes Jatim Monitoring Difteri Kota Probolinggo

Di SMA inilah Zohri sangat menonjol. Sudah menyadari bahwa dia calon bintang.

Ia juga diminta membiasakan diri pakai sepatu. Tapi saat lomba pertama Zohri kalah: karena pakai sepatu. Lalu ia copot sepatunya. Untuk penampilan berikutnya: juara.

Saat umur 16 tahun tingginya 167 cm. Catatan waktunya: 11,12 detik (Kejurda).

Umur 17 tahun, tingginya 169. Catatan waktunya: 10,27 (di Popnas).

Umur 17 tahun, tinggi 169, catatan waktu sama: 10,27 (di kejuaraan Asia junior di Jepang).

Umur 18, tinggi 170, catatan waktunya: 10,18 detik. (Di Finlandia kemarin itu).

Besok Zohri kembali dari Tampere. Kota yang indah 160 km di utara Helsinki. Dengan medali emas internasional di lehernya.

Baca Juga :   Harga Sapi di Probolinggo Naik Hingga Rp2 Juta Per Ekor

Ia juga memasuki tahun pelajaran baru: naik ke kelas tiga SMA.

Kita monitor terus: kapan Zohri bisa mengalahkan rekor Suryo Agung Wibowo. Yang tinggal 0,02 detik lagi.

Tahun depan?

Tahun depannya lagi?(dis)