Keluarga, Fondasi Utama Membangun Masa Depan Anak

1489

Pada lingkungan misalnya. Paling tidak, ketika itu bisa dilakukan, si orang tua bisa ikut menitipkan kepada tetangga atau siapapun yang dikenal untuk ikut menjaga.

“Atau paling tidak, ngasih kabar ketika menjumpai anak-anak, dimana pun itu. Karena dengan begitu, kita bisa tahu dimana anak-anak sedang bermain,” terangnya.

Komunikasi dengan sekolah juga tak kalah penting. Karena lepas dari rumah, bagi anak-anak usia sekolah, hampir pasti sebagian waktunya dihabiskan di sekolah. Dalam konteks ini, yang paling tahu dan mengerti apa yang dilakukan si anak, adalah lingkungan sekolah.

Beberapa sekolah memang membuat aturan yang cukup ketat kaitannya dengan ini. SMA Maarif NU Pandaan misalnya. Masing-masing wali kelas, membuat grup obrolan dengan seluruh wali murid. Keberadaan grup obrolan itu sekaligus menjadi media penyampai pesan ketika jam belajar di sekolah sudah habis.

Baca Juga :   Ada Pawai Budaya di Pandaan, Ini Jalur Alternatif Hindari Macet

Kepala sekolah SMA Maarif Pandaan, Suhadi mengatakan, keberadaan grup WhatsApp itu, memang dibuat sebagai media komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Dengan begitu, apa yang dilakukan si murid, bisa terus dipantau.

“Kalau jam belajar selesai, kan mesti kami sampaikan. Jadi, si anak juga mau tidak mau harus pulang. Kalau pun ada kegiatan lain selepas sekolah, ya harus izin dulu ke orang tuanya,” jelas Suhadi.

Dikutip dari laman dosenpsikologi.com, keluarga sangat penting dalam mendidik dan membentuk karakter anak. Keluarga dalam konteks yang lebih luas (bukan hanya orang tua, tapi juga saudara yang lain), harus bisa menjadi guru, pembimbing, pengawas, bahkan teman bagi si anak itu sendiri. Peran itu bahkan disebut yang sebagai pertama dan utama sebuah keluarga sebelum si anak masuk sekolah.

Baca Juga :   Protes Aktifitas Tambang, Warga Sumberanyar Blokir Jalan

Mrs. Jeanne Leonardo, ahli psikologi anak mengatakan, keluarga memiliki peran penting terhadap tumbuh kembang anak. Salah perlakuan, bukan saja akan berakibat buruk pada perkembangan sang anak itu, tapi juga masa depan yang bersangkutan. Karena itu, memahami keinginan anak mutlak diperlukan agar perlakuan yang diberikan juga sesuai dengan kemauan si anak.

“Dalam banyak kasus memang begitu. Orang tua terlalu sibuk, atau abai dengan keadaan si anak, cuek. Jadinya, si anak akhirnya mencari perhatian dari teman-temannya sebagai pelampiasan,” terang perempuan yang juga pengelola lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ini.

Sayangnya, kesadaran semacam itu belum dimiliki secara merata oleh orang tua. Penyebabnya, kapasitas SDM (sumber daya manusia) yang memang belum sampai ke sana. Alih-alih memahami dunia dan keinginan si anak. Beberapa orang tua, justru acapkali terkesan memaksakan kehendaknya pada anak. Anak, kata Mrs. Jeanne, tak ubahnya adalah pewaris mimpi yang mau tidak mau harus melakukan apa yang dimaui si orang tua. Akibatnya, anak menjadi sulit berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dan itu baru akan terlihat ketika anak sudah mulai beranjak dewasa.

Baca Juga :   Hendak Rampas Motor Anak SMK, Nyaris Tewas Dihajar Massa

“Karena itu, bagaimana pola pendidikan anak oleh keluarga, sangat menentukan bagaimana masa depan si anak,” ujarnya saat ditemui di kantornya.

Sebab, bagi Mrs. Jeanne, keluarga tak ubahnya fondasi awal untuk mengantarkan si anak menerima pengetahuan-pengetahuan yang ada di luar dirinya. (*)