Eksotiknya Lukisan Kayu 3 Dimensi Warga Probolinggo

3654

Probolinggo (wartabromo.com) – Limbah kayu sisa-sisa produksi mebel disulap menjadi lukisan 3 dimensi oleh Agustinus Eko (45), warga Kota Probolinggo. Ditambah dengan sentuhan teknik bakar, membuat lukisan makin bercitarasa seni tinggi. Karya seni inipun, diklaim sebagai inovasi baru dalam dunia seni lukis.

Eko, begitu ia akrab dipanggil, menuturkan jika inovasinya itu diciptakan sejak enam bulan lalu. Sebagai pekerja pabrik, ia merasa jenuh dengan banyaknya limbah kayu olahan yang terbuang percuma. Ia kemudian berinisiatif mengolahnya menjadi sebuah karya lukis.

“Saya kemudian mencari-cari info di internet untuk memanfaatkan limbah kayu. Hingga akhirnya saya berinovasi membuat karya ini. Potongan maupun serbuk limbah kayu, saya dapatkan secara gratis,” ujarnya, Selasa (11/9/2018).

Baca Juga :   Belasan Pembalak Hutan Diamankan
Agustinus Eko, menunjukkan cara melukis 3 dimensi berbahan limbah kayu.

Bertempat di galeri seninya di Jalan Panjaitan, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Eko mulai membuat karya seni lukis bakar tiga dimensi. Karya ini merupakan padu padan dari seni lukis, teknik pirograpi dan sentuhan layer tiga dimensi.

Untuk menghasilkan sebuah lukisan, mula-mula Eko menggambar obyek yang akan dibentuk pada selembar kertas. Lalu sketsa itu, ia gunakan untuk cetakan pada triplek, yang selanjutnya dipotong sesuai sketsa obyek. Dengan telaten potongan itu kemudian disatukan dalam satu frame kayu. Lalu ditambah dengan serbuk kayu yang sudah diberi lem.

Proses selanjutnya, adalah pengeringan yang memakan waktu sampai dua hari. “Untuk satu lukisan, waktu pengerjaan bervariasi. Mulai dari dua hingga tujuh hari. Tergantung dari kerumitan selama proses,” jelas bapak tiga anak ini.

Baca Juga :   Soal Form C-6, KPU Kota Pasuruan : Wallahu A'lam, Kita hanya Menerima

Sentuhan teknik pirografi pada kayu, membuat lukisan ini makin bercitarasa seni tinggi. Ditambah layering pada obyek utama, menjadikan lukisan lebih hidup. Walaupun menggunakan warna monocrom atau kombinasi antara hitam dan warna asli kayu.

Karya bernilai seni tinggi itu, dilego dalam rentang harga Rp 300 ribu hingga Rp 2 juta. Tergantung besar frame, serta kerumitan selam proses pembuatan. “Untuk pemasarannya saya masih mengandalkan jejaring sosial dan getok tular, testimoni dari para pelanggan. Sejauh ini, sudah merambah pasar internasional yakni ke Korea Selatan,” tutur Eko.

Sambutan pelanggan pun sangat positif. Salah satu pembeli, R. Soleh misalnya, ia sempat penasaran dengan unggahan Eko di jejaring sosial facebook. Soleh pun berupaya untuk menemukan alamat yang tertera dalam unggahan. “Benar saja, sampai disini saya tidak kecewa. Benar-benar bernilai seni dan sangat indah sekali,” tandasnya. (lai/saw)