Trip Edukatif Ala Pemuda Pasuruan, Melawat Cagar Budaya

2053
“Lewat lawatan cagar budaya ini, saya bisa belajar banyak tentang sejarah dan saya tidak menyangka sebelumnya jika Pasuruan punya cagar budaya yang cukup kaya,”

Laporan: Ardiana Putri

MENJELANG siang, rombongan pemuda mendatangi GPIB PNIEL, Gereja Umat Kristen Protestan di Pasuruan. Bukan untuk beribadah melainkan menelusuri situs-situs cagar budaya yang ada di Kota Pasuruan.

Gabungan pemuda yang tergabung dalam Pasuruan Youth Forum ini datang dari beberapa daerah, sengaja pergi ke Kota Pasuruan untuk melawat beberapa cagar budaya di sana. Salah satunya, Anik Lailatul Muniroh, (23) perempuan asal Nongkojajar. Rekannya juga datang dari jauh, Gempol dan Rejoso. Ada pula beberapa guru sejarah yang ikut trip edukatif lawatan cagar budaya kali ini.

Memasuki gerbang gereja, senyuman Bowo (60) menyambut ramah. Ia pengurus GPIB PNIEL yang juga menjadi pemandu saat berada di salah satu gereja bersejarah di Pasuruan itu.

Baca Juga :   Yuk Hadir! Milad SMK Darut Taqwa "Ngakak Kreatif Tanpa Narkoba"

Berdasarkan kisah yang dilontarkannya, pada tahun 2001, kala itu terjadi huru-hara hingga gereja peninggalan Pemerintah Hindia Belanda ini dibakar massa. Bowo tak menjelaskan detail peristiwa pembakaran secara gamblang, dari raut wajahnya memang tersirat trauma yang mendalam.

“15 November 1829, gereja ini diresmikan dengan nama De Protestantse Kerk te Pasoeroean. Dulu Pemerintah Hindia Belanda mendirikan gereja ini untuk mengakomodasi umat Kristen Protestan yang ada di Pasuruan,” terang Bowo, Minggu (25/11/2018)

Diskusi kian mengalir. Selepas itu para rombongan juga menelusuri ruang demi ruang yang ada dalam bangunan utama gereja. Tak lupa mereka berswafoto mengabadikan momen.

Nir, sapaan akrab penggagas lawatan cagar budaya ini mengaku ingin memantik semangat pemuda Pasuruan agar lebih cinta daerahnya. Ia pun tak menyangka jika kegiatan lawatan ini turut pula dihadiri perwakilan dari pemerintahan dan juga kalangan akademisi.

Baca Juga :   Capai 50%, Perbaikan Ruas Jalan Winongan Ditarget Selesai Akhir September

“Ini bagus. Setidaknya ada dukungan dari pemerintah dan berbagai lini untuk menjaga dan merawat cagar budaya di Pasuruan ini,” ungkapnya pada wartabromo.

Mungkin tak banyak yang tahu jika Pasuruan pun punya banyak sekali cagar budaya yang bisa dieksplorasi. Ia juga mengatakan, beberapa waktu lalu diperingati hari toleransi sehingga agenda ini dirasa tepat untuk menumbuhkan jiwa toleransi antar umat beragama.

“Setelah dari GPIB PNIEL, selanjutnya kita melawat ke Gereja Katolik St. Antonius Pandova, Masjid Jami’ Al-Anwar sekaligus makam KH. Abdul Hamid, Rumah Raden Nitiadiningrat, Klenteng Tjo Tik Kiong dan diakhiri dengan kunjungan ke Bipang Jangkar,” terangnya pada peserta lawatan.

Kurniawan, Kasie sejarah dan Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan yang juga ikut dalam rombongan lawatan mengatakan, masih banyak PR pemerintah dalam menata permasalahan cagar budaya kota. Seperti anggaran perawatan, yang menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.

Baca Juga :   Kantor Desa Sindetlami Probolinggo Dibakar

“Ada ratusan cagar budaya sebenarnya, dan ini menjadi aset daerah yang patut dilestarikan. Para pemuda pun harus mau dan mampu merawat aset berharga ini,” ungkapnya.

Menjelang waktu Dzuhur, rombongan pun bergeser menuju Masjid Jami’ Al Anwar untuk menjalankan ibadah sholat Dzuhur. Sedikit disayangkan, niat berziarah ke makam Kyai Hamid urung dilakukan, tak semua peserta lawatan bisa masuk ke sana karena jamaah yang datang berziarah ke sana sangat berjubel.

Sekitar pukul 14.00 WIB peserta lawatan telah tiba di Klenteng Tjo Tik Kiong. Semerbak aroma dupa menyeruak di hidung. Pemandu menjelaskan, Tjoe Tik Kiong ini didirikan tahun 1740. Bagi penganut Kong Hu Chu, Tjoe Tik Kiong bermakna istana yang mengamalkan dan menyebarkan rasa kasih sayang dan perbuatan kebaikan.