Industri 4.0, Solusi Dampak Negatif Tol Paspro

1530

Probolinggo (wartabromo.com) – Keberadaan Tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro) mengancam pertumbuhan UKM di Kota Probolinggo. Pemerintah Kota (Pemkot) setempat pun mendorong pelaku UKM untuk meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke industri 4.0.

Berdasarkan riset yang dilakukan Pemkot Probolinggo, tol Paspro berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Sesuai prediksi tantangan ekonomi di Kota Probolinggo tahun 2019-2020 menurun 30-40 persen. Yang merasakan imbasnya adalah restoran, tempat pusat oleh-oleh dan UMKM.

Mengantisipasi penurunan yang drastis, Pemkot mendorong pelaku UKM untuk beralih ke industri 4.0. Caranya dengan mengikutkan 12 pemuda warga Kecamatan Wonoasih mengikuti pelatihan Kampung Marketer di Banger Telecenter. Pelatihan ini diinisiasi oleh Kecamatan Wonoasih dengan menghadirkan Nofi Bayu Darmawan, selama dua hari (27-28/2/2019). Pemateri ini mantan ASN Kementerian Keuangan, yang sukses memotori Kampung Marketer di Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.

Baca Juga :   Longsor Timpa 2 Bangunan Toko di Prigen, 1 Orang Luka

“Banyak tantangan yang harus dihadapi. Tapi kalau ingin ada perubahan, jangan tunduk pada kenyataan. Dengan adanya teknologi, kita bisa melakukan banyak hal. Ilmu ini sangat bermanfaat, saya akan menyupport dan terus memotivasi asalkan dengan niatan baik serta hal positif. Mas Nofi ilmunya banyak untuk ditularkan semuanya, rejeki tidak akan tertukar,” kata Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin, Rabu (27/2/2019).

Nofi Bayu Darmawan mengatakan, selama dua hari ia akan memberikan pembelajaran tentang adaptasi di era kecanggihan teknologi. Dengan adanya IT, tidak ada lagi batasan bagi generasi millenial bisa mengambil alih semuanya.

“Kami melibatkan para orangtua dalam create produk, karena orangtua tidak bisa memegang kendali pemasaran. Jadi semua bisa terlibat di satu desa, tidak hanya pemudanya tetapi juga para orangtua,” jelas Nofi.

Baca Juga :   Ratusan Rumah di Kota Pasuruan Terendam Banjir

Dengan prinsip pemuda harus kembali ke desa, tanpa merantau ke kota besar, Nofi kini bisa menciptakan 600 pegawai di desanya. Omzet yang dicapai pun sangat luar biasa, yakni mencapai Rp 900 juta per bulan. Konsepnya, kampung tersebut memasarkan barang buatan desa dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Lulusan STAN, itupun meninggalkan profesinya sebagai ASN Kementerian Keuangan. (fng/saw)