Injak Tahun ke-1.090, Kabupaten Pasuruan Mau Apa?

2487

Kemudian jika membincang soal pendidikan di Kabupaten Pasuruan, sebagaimana diungkap awal kalimat, maka tebersit istilah Wak Muqidin.
Akronim program pendidikan “Wayahe Kumpul Mbangun TPQ dan Madin” tersebut terbilang unggulan.
Pendidikan dengan mengedepankan sisi keagamaan itu bahkan dimaktubkan dalam Peraturan Bupati nomor 21 tahun 2016.

Perkaranya, sebagai pondasi/penopang dasar, dunia pendidikan dihadapkan pada begitu cepatnya perkembangan teknologi informasi. Secara umum era digital sudah tak bisa ditolak dan tak terbendung.

Bahkan ramai-ramai lembaga pendidikan tonjolkan diri, seakan menyatakan mampu “hidup” dan “menggenggam” teknologi. Macam siswa MAN 1 Pasuruan, yang tasbihkan diri jadi juara pada ajang Robofest Japan 2019.

Nah, bagaimana pada mereka yang selama ini berkutat pada dunia pendidikan -tak terkecuali lembaga pendidikan diniah-, menghadapinya?
Mampukah terus menjadi pondasi, sebagai penjaga hadapi arus teknologi dan digital saat ini. Teknologi kemudian menjadi kekuatan, tidak dikibaskan lalu terlempar oleh gempuran “dunia lain” yang terus melesat itu. ke halaman 2

Baca Juga :   Bank Jatim Partisipasi Aktif dalam Jalan Sehat Kota Pasuruan

Satu sisi, sebenarnya masih ada keyakinan, bila yang diusung adalah penguatan karakter, anak-anak di Kabupaten Pasuruan bakal mampu menangkal dampak negatif teknologi. Tinggal kemudian, sampai sejauh mana, anak-anak ini dikenalkan hingga menguasai teknologi.
Ujungnya tentu saja untuk kemaslahatan.

Tapi, tak adil jika abaikan capaian selama lima tahun terakhir. Dari serangkaian evaluasi, hasilnya dinyatakan cukup positif.
Diungkapkan, angka kemiskinan Kabupaten Pasuruan dari 11,26% (2013) menjadi 9,45% (2018). Penurunan 2 poin ini, pastinya patut mendapatkan apresiasi.

Belum lagi raihan Indeks kualitas lingkungan hidup (59,73%); indeks pemukiman layak huni (81,18); indeks kepuasan masyarakat (83); dan indeks pembangunan gender (90,91).

IPM (Indeks Pembangunan Manusia) secara perlahan, diklaim juga terdapat grafik meningkat. Perbandingan standar/harapan hidup dan pendidikan tersebut dicatatkan dari 63,74 (2013) menjadi 66,69 (2018).
Begitu pula dengan indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Tahun 2013 masih Rp54,57 juta, sedangkan pada 2018 naik menjadi Rp84,18 juta.

Baca Juga :   Prosesi Hari jadi Untuk Motivasi Bangun Kabupaten Pasuruan

Memacu kualitas keluarga –seperti tema hari jadi-, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasuruan dicanangkan mampu meraih 5,73% bahkan sampai 6%. Kemudian angka kemiskinan juga diinginkan dapat ditekan menjadi 9,30%.

Menyusulkan ancang-ancang, indeks toleransi masyarakat dipacu hingga tertempel poin 62,40; indeks kesenjangan wilayah 0,255; indeks reformasi birokrasi mencapai nilai B; dan indeks pembangunan manusia nanti pada 2020, diangankan di kisaran 69,90.

Merangkai kembali keinginan Pemerintah Kabupaten Pasuruan selama kurun lima tahun ke depan.
Perhatian pengembangan dan pembangunan tahun ini, bakal diarahkan pada basis keluarga dan pendidikan karakter, seperti terlihat pada tema hari jadi ke-1.090.

Berlanjut ke 2020, titik berat akan ditujukan tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik. Lalu 2021, ada konektivitas infrastruktur. Pada 2022 memacu penguatan kelembagaan ekonomi desa. Sampai dipungkasi dengan prioritas adanya nilai tambah ekonomi dan pembangunan berwawasan lingkungan. (*) ke halaman awal