Master-Plan Al Qaedah 2020: Strategi Jitu Memukul Kepala Ular

1298
Meski master plan Al Qaedah pada 2020 muncul sebatas wacana, lantas hal ini tidak menjadikan kita untuk menutup mata, melihat persoalan yang ada.

Oleh : Kharis Hadirin

AWAL tahun 2020, tak sedikit para pemimpin negara menjadikannya sebagai momen selebrasi untuk menuju perubahan lebih baik. Namun tidak demikian bagi negara Iran. Negeri para Mullah ini terpaksa mengawali tahun dengan berita duka.

Komandan pasukan elit Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Jenderal Qassem Soleimani dan wakil komandan al-ashd ash-Shaʿbī, Abu Mahdi al-Muhandis tewas setelah mobil yang mereka tumpangi dihajar rudal drone milik pasukan Amerika Serikat.

Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 3 Januari 2020 dini hari di luar Bandara Internasional Baghdad, Irak oleh militer Amerika Serikat.

Pentagon dalam rilisnya menyatakan serangan tersebut merupakan perintah langsung dari Presiden AS, Donald Trump.

Baca Juga :   Pikenik Alas Kobong

Trump berdalih, bahwa pembunuhan itu dilakukan sebagai tindakan preventif untuk melindungi kepentingan AS di kawasan Timur Tengah. Ia juga menuduh Soleimani sedang merancang serangan dengan menargetkan para diplomat dan tentara AS di kawasan tersebut.

Lalu, apa hubungan adanya kisruh politik Iran – Amerika Serikat dengan Al Qaedah?

Semenjak kematian Osama Bin Laden pada 2 Mei 2011 dalam sebuah serangan darat oleh militer Amerika di kawasan Abbottabad, Pakistan, organisasi Al Qaedah lebih memilih untuk ‘tiarap’ di balik sunyinya pegunungan Afghanistan.

Bahkan penggantinya, Dr. Ayman Az Zawahiri, kini tak seaktif pendahulunya untuk memproduksi fatwa atas perlawanan terhadap Amerika dan sekutunya. Dalam kemelut yang terjadi di Suriah pun, tak jarang Aiman menjadi bahan bulan-bulanan kelompok ISIS karena adanya perbedaan pandangan.

Namun, di balik sikap pasifnya Aiman dan organisasi Al Qaedah yang kini berubah bak singa ompong, tak lebih hanyalah bagian dari strategi kelompok ini dengan menyembunyikan sebuah rencana global yang jauh lebih besar.

Baca Juga :   Mengawal Capaian Satu Digit Angka Kemiskinan Kota Pasuruan

Dalam sebuah buku berjudul “Masterplan 2020: Strategi Al Qaedah Menjebak Amerika” yang diterbitkan oleh pustaka Jazeera tahun 2008, Fahmi Suwaidi, sang penulis menjelaskan, bagaimana rencana Al Qaedah menghancurkan dinasti kekuasaan Amerika Serikat dan dunia Barat.

Karenanya, konflik Iran – Amerika Serikat tidak saja akan menguras kekuatan, baik militer maupun perekonomian Amerika, namun lebih jauh, Al Qaedah tentu mendapatkan keuntungan dari keduanya sekaligus.

Seperti diketahui, sejak perang teluk tahun 1990, Amerika dianggap sebagai musuh atas kisruh yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu, Amerika selalu dianggap sebagai kepala ular dan badannya adalah negara-negara sekutu yang selama ini aktif membantu melakukan invansi di berbagai kawasan Timur Tengah.

Baca Juga :   Cinta Pertama

Puncak kebencian terhadap Amerika Serikat yakni saat serangan terhadap gedung WTC dan Pentagon pada 2001. Sementara Iran, dianggap sebagai simbol Syi’ah. Narasi-narasi perlawanan terhadap Syi’ah semakin menguat semenjak konflik yang terjadi di Suriah.

Master Plan 2020 sendiri merupakan rencana besar yang dirancang para pioneer organisasi Al Qaedah.

Salah satu perancang Master Plan 2020 adalah Syaif Al-Adl, mantan kolonel Angkatan darat Mesir yang beralih sebagai kepala bidang keamanan Osama Bin Laden sekaligus merangkap jabatan komandan militer Al Qaedah pusat. Ia, menggantikan pendahulunya, Muhammad Atef yang tewas dalam sebuah serangan udara oleh militer Amerika Serikat pada 16 November 2001 di Kabul, Afghanistan.

Pada awal 2005, Syaif Al-Adl dalam rilisnya menyebut tentang skenario besar yang ia sebut sebagai Master Plan Al Qaedah 2020.