Dispendik Terapkan Tiga Strategi Pembelajaran

2717

Kraksaan (wartabromo.com) – Pendidikan termasuk salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo pun menerapkan 3 strategi pembelajaran yang fleksibel.

Tiga strategi pembelajaran agar tumbuh kembang dan psikososial anak didik terjaga tersebut dilakukan berbentuk dalam jaringan (online atau daring) dan luar jaringan (offline atau luring). Bahkan, pembelajaran dengan model campuran antara online dan offline (blended learning) juga dilakukan.

Strategi itu dipertegas dengan surat edaran yang ditujukan kepada seluruh kepala satuan pendidikan mulai dari PAUD, SD, dan SMP.

“Tentu kita harus fleksibel menyikapi kondisi masa pandemi COVID-19 ini. Meskipun demikian, proses pembelajaran harus terus diberikan dengan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo, Fathur Rozi.

Baca Juga :   Ke Probolinggo, Wakil Dubes Australia Cek Inovasi Pendidikan

“Juga tumbuh kembang dan psikososial anak didik maksimal. Itu yang menjadi prinsip kebijakan di masa pandemi COVID-19. Hal itu selaras dengan kebijakan Ibu Bupati Probolinggo yang tertuang dalam NAWA HATI bidang pendidikan,” sebutnya merujuk pada program kerja pasangan Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari dan Achmad Timbul Prihanjoko (HATI) periode II.

Pembelajaran daring, diterapkan pada sekolah yang memiliki teknologi informasi dan komunikasi memadai juga jaringan internet yang stabil. Hal itu supaya proses pembelajaran yang memanfaatkan gadget tersebut berjalan lancar.

Jika kondisinya tak memungkinkan, maka sistem luring dapat dilakukan. Caranya guru hadir ke komunitas tempat tinggal peserta didik. Jadi guru-guru itu hadir dan mendatangi peserta didik. Tetapi bukan ke rumahnya, namun ke komunitas tempat tinggal.

Baca Juga :   Pemkab Probolinggo Uji Coba PTM, Wabup Ajak Siswa Jadi Duta Kesehatan

Rozi mencontohkan, misalnya Dusun A itu ada 5 orang anak. Mereka kemudian menyepakati tempat belajarnya. Apakah di musala, gazebo, kantor desa, dan lainnya. “Bisa tempat belajarnya di sekolah, tetapi yang dekat saja. Jadi hanya anak-anak yang memang tinggal di sekitar itu. Karena memang berbasis komunitas tempat tinggal,” sebutnya.

Sementara untuk strategi proses pembelajaran ketiga adalah blended learning. Tetapi ini berlaku bagi yang sudah menerapkan daring dengan memadukan pembelajaran luring. Untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan peserta didik.

“Contohnya untuk wilayah Kecamatan Kraksaan ini menerapkan proses pembelajaran daring. Supaya tidak bosan dan jenuh, mau pembelajaran luring berbasis komunitas tempat tinggal juga boleh. Jadi blended learning ini merupakan perpaduan antara daring dan luring,” ungkap Rozi.

Baca Juga :   Musim Penerimaan Siswa Baru, Wagub Minta Sekolah Tak Tarik Dana Tambahan

Pendidikan pada masa ini, menurut Rozi orientasinya bukan pada hasil belajar. Tetapi lebih fokus kepada bagaimana proses pembelajaran itu berjalan. Sehingga evaluasi yang dilakukan adalah terhadap proses pembelajaran itu sendiri, bukan kepada hasil belajar.

Hal itu, sesuai dengan kurikulum darurat yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Yakni kurikulum 2013 yang menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Sebab selama masa pandemi corona, kurikulum yang ada tidak mungkin tuntas pelaksanaannya.

“Itulah kemudian kurikulumnya saja disederhanakan, bahkan ada kurikulum darurat. Maka bicaranya tidak dalam konteks efektif atau tidak, tapi apakah berjalan apa tidak. Dari hasil evaluasi sudah berjalan dengan baik daring maupun luring,” tandas pria berkacamata itu. (saw/**)