Combor; Limbah Kedelai yang Masih Bernilai

1377

Combor ini dihasilkan dari proses perendaman kedelai setelah dilakukan perebusan. Dalam proses perendaman itu kemudian ada proses pemecahan. Terpecah antara kulit dan isi kacangnya atau polongnya.

Biji kacang kedelai bisa buat tahu-tempe atau sejenisnya. Sementara, limbah kulit kedelai ini disendirikan. Dicampur dengan polar, bekatul (dedak) untuk makanan/minuman sapi.

Kandungan protein dalam limbah combor itu bisa mencapai 24-30 persen. Bagus untuk penggemukan sapi. Salah satu pengerajin, Ferry sempat membandingkan sapi-sapinya yang tidak dicombor dengan kandungan limbah kedelai dengan yang dicombor.
“Hasilnya beda. Gemuk dan besaran yang dicombor. Tentu berpengaruh terhadap hasil penjualan (sapi),” terangnya.

Jika biasanya, rata-rata sapi siap jual butuh waktu antara 8-12 bulan, maka sapi Ferry yang sudah intensif dicombor hanya memerlukan waktu 4-6 bulan saja.
Selain itu, kulit sapi juga terlihat lebih halus ketika dicombor. Pemuda yang pernah magang di negeri Sakura, Jepang ini membandingkan, antara sapi yang sempat dia beli dari petani lain dengan sapi yang hasil ternakan sendiri.

Baca Juga :   Mengunjungi Kampung Tempe Parerejo; Cetak Petani Milenial, Pernah Magang di Jepang

“Bapak (wartabromo, red) bisa lihat sendiri. Dari kulitnya saja sudah kelihatan halusnya,” katanya sambil mengelus-elus sapi besar jenis Limosin itu.

Pihak desa sebenarnya sudah punya planning jangka panjang. Dari sisi potensi desanya, sudah kelihatan terang. Misalnya untuk urusan olahan tempe yang sudah diuji coba menjadi 14 jenis, mereka sudah siap buka showroom (pasar) sendiri. Lahan sudah siap.

Tinggal alokasi anggaran APBDes dan dana lain, jika pandemic Covid-19 ini sirna.
Planning selanjutnya adalah limbah dari ternak sapi. Mereka sudah siapkan lahan untuk pembuatan biogas. Sebuah energi alternatif sebagai desa mandiri energi.
Jika dikumpulkan, kandungan biogas dari kotoran sapi bisa membuat desa ini mampu memproduksi energi sendiri. Bisa untuk aliran listrik atau energi lain.

Baca Juga :   Harga Kedelai Terus Naik, Perajin Tempe: Bisa-bisa tutup

Planning hebat lainnya adalah memfungsikan sumber Sembung milik desa. Mereka sudah siap sebagai desa wisata. Sembung adalah sebuah kolam renang ukuran besar yang bisa dibuat untuk masyarakat umum.
Pihak wisatawan selain bisa rekreasi bersama keluarganya, juga bisa wisata edukasi. Diajari membuat tempe berikut olahannya dan juga memberi makan ternak.

“Ini sudah kami rancang cukup lama. Mudah-mudahan kalau pandemi Covid-19 ini berakhir, kami bisa segera merealisasikan,” terang Ika Widiasti, Sekretaris Desa Parerejo.

Kedelai memang punya manfaat besar. Sebagai sumber pangan, kedelai memiliki kandungan gizi yang tinggi. Konsumsi kedelai bersama produk olahannya (tempe atau lainnya) dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan. Dan mengurangi dampak atau resiko penyakit.

Baca Juga :   Harga Tahu-Tempe Naik, Pedagang di Pasar Kebonagung Mencak-mencak

Selain bagus untuk konsumsi manusia, ternyata sudah menjadi limbahpun, kedelai masih punya nilai. Utamanya untuk hewan piaraan. Itu berarti ada sabuk makanan yang positif dari satu sumber ini. Baik untuk manusia. Baik pula untuk hewan piaraan. (*)