Jumantik Binor Berjuang Mengedukasi Warga Saat Pandemi

2081
Di tengah pandemi covid-19, para petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo terus berjuang mencegah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Tak hanya mencegah kasus DBD, mereka juga berhasil meredam penyebaran virus corona di desanya. Bagaimana cerita mereka?

Sundari Adi Wardhana, Probolinggo

DENGAN berjalan kaki, Jumantik Desa Binor, Hostiningsih rutin mengunjungi rumah-rumah warga. Mengedukasi warga untuk menjaga kesehatan lingkungan (Kesling). Termasuk membagikan bubuk abate untuk memberantas nyamuk aedes aegypti tetap dilakoni.
“Itu rutin kami lakukan setiap hari, memberikan edukasi agar kasus DBD tidak muncul di desa ini. Tetap zero atau nol kasus, seperti tahun sebelumnya,” sebut Hostiningsih.

Namun, ketika pandemi corona melanda Kabupaten Probolinggo, kegiatan rutin itu tak berjalan dengan baik. Sebab, ada pengetatan aktivitas sosial. Sehingga kegiatan berinteraksi dengan warga juga dibatasi. Menjaga jarak supaya tidak tertular virus corona.

Bukannya berdiam diri, kader Jumantik pun berpartisipasi aktif sebagai anggota Satgas Covid-19 tingkat desa. Semisal di cek poin maupun karantina desa. Waktu itu, ada 15 warga Binor yang pulang dari perantauan menjalani karantina desa.

“Alhamdulillah saat itu, tidak ada warga kami yang terpapar Covid-19. Selain pola hidup sehat yang sudah diterapkan warga, kami juga mensosialisasikan bagaimana Covid-19 menular,” ujarnya.
Ia merupakan koordinator Posyandu Ketahanan Iklim (Postaklim) Desa Binor.

Postaklim ini mempunyai 15 kader Jumantik, termasuk Hostiningsih. Setiap kader memegang 1 rukun tetangga (RT), sesuai jumlah RT yang ada di ujung timur Probolinggo itu. Ada 3 dusun di Desa Binor yakni Dusun Pesisir, Dusun Klompangan, dan Dusun Krajan.
Semula kader Jumantik hanya 7 orang, di bawah binaan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo Wilker Paiton sejak 2017. Jumlah kader itu tentunya tak sesuai dengan jumlah RT. Karenanya Hostiningsih meminta bantuan ke CSRĀ  PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) UP Paiton dan mendapat tambahan 8 kader.

Baca Juga :   Dua Pekan, DBD Serang 1 Remaja dan 3 Anak di Cangkringmalang Beji

Berkat program kerja sama antara PJB dan KKP tersebut, kini setiap RT di Desa Binor ada kader Jumantik-nya. Yakni di Dusun Pesisir ada 5 kader, Dusun Klompangan ada 4 dan Dusun Krajan 6 kader. “Sejak awal 2020 ini, kami mendapat tambahan 8 orang kader dibawah binaan CSR PJB. Karena saya ingin satu kader bertanggung jawab terhadap 1 RT,” kata wanita kelahiran 1977 itu.

Kolaborasi antara 2 instansi itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 50 Tahun 2017 Tentang Standart Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya. Dibmana pada Pasal 14 Ayat 1 – 3, disebutkan ada kerja sama lintas sektor dan lini.

“Tentu kami senada seirama dengan PJB Up Paiton. Yaitu pada intinya harus ada kerja sama lintas sektor dan lini, dengan ujung tombaknya yaitu program Gerakan 1 Rumah 1 Jumatik ( G1R1 ) yang digaungkan oleh pemerintah,” sambung Yudhistiro Angga Kurniawan, selaku Entomolog Kesehatan KKP Kelas II Probolinggo Wilker Paiton.

Desa Binor sendiri pernah mengalami kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) pada 2015-2016. Mayoritas menimpa warga Dusun Pesisir dan Dusun Krajan. Tetapi sejak adanya kader Jumantik, desa itu menjadi zero DBD.

“Di masa pandemi ini, setiap kader bertanggungjawab terhadap RT-nya masing-masing. Setiap kegiatan kita evaluasi. Evaluasinya bisa di Pantai Bohay, Pantai Harmoni atau di Balai Desa,” ujar ketua PKK Desa Binor tersebut.

Cek poin dan karantina desa yang diterapkan selama 5 bulan ternyata cukup ampuh memutus penyebaran Covid-19. Ketika pemerintah mulai melonggarkan kebijakan cek poin, ada 1 warga Desa Binor dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. Terdeteksi sekitar bulan Agustus.

“Kami kaget, kenapa setelah tidak adanya cek poin ada surat dari kabupaten (satgas) bahwa ada warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Padahal waktu ada karantina desa, dari 15 yang reaktif tidak ada yang positif. Saat desa ini ada di zona hijau dan kampung tangguh. Kemudian muncul itu,” ujar istri dari M. Fauzi itu.

Baca Juga :   Catat 19 Kasus Sepanjang Januari, Ini Langkah Gus Irsyad Menekan DBD

Warga yang diketahui positif itu, bekerja di Surabaya. Lantas apa yang dilakukan oleh kader Jumantik? Kader melakukan langkah persuasif terhadap pasien positif itu, agar mau menjalani karantina tingkat kabupaten. Juga kepada keluarganya, untuk menjalani isolasi mandiri.

“Kita berbicara dengan keluarga secara baik-baik, ternyata dia mau di karantina dan berangkat sendiri. Seandainya dia gak mau, otomatis dia dijemput dengan ambulan satgas Covid-19 kabupaten. Alhamdulillah setelah menjalani karantina, dia pulang. Warga pun menyambutnya dengan baik,” ungkap ibu 4 anak itu.

Selain sosialisasi yang baik terkait Covid-19, desa juga menyediakan infrastruktur protokol kesehatan. Semisal tempat cuci tangan, hand sanitizer, dan pemberian masker. Setiap pekan dilakukan penyemprotan disinfektan sebanyak 2 kali.

“Selain pengadaan oleh desa, kami juga dibantu oleh CSR PJB Paiton. Kita dibantu oleh PJB berupa masker, makanan, dan lainnya. Tidak bisa saya sebutkan satu per satu,” kata jebolan Ponpes Mambaul Ulum Paiton tersebut.

Peran Jumantik selama pandemi diakui sangat membantu pencegahan penyebaran virus corona. “Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang dimiliki oleh mereka, sangat membantu. Pesan-pesan kesehatan yang disampaikan dengan cepat diterima warga sekitar,” sebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Shodiq Tjahjono.

Ia menambahkan di masa jaga jarak, pemantauan keberadaan jentik nyamuk aedes aegypti di lingkungan sekitar rumah perlu dilakukan. Tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk memastikan tidak ada tempat yang menjadi sarang nyamuk. Sehingga lingkungan tetap zero DBD.

“Keberadaan masyarakat di rumah karena adanya imbauan di rumah saja atau stay at home, seharusnya membuat masyarakat semakin sadar bahwa kesehatan itu sangat penting. Ini artinya kita terus mengajak, mendorong masyarakat waspada bahaya DBD di tengah pandemi Covid-19,” kata Shodiq.

Baca Juga :   Dua Orang Opname Terkena DBD, Dinkes Abaikan Laporan Warga Pandaan

Posyandu Ketahanan Iklim (Postaklim) Desa Binor selain konsen di bidang kesehatan lingkungan, juga produktif di bidang usaha makanan dan minuman. Mendapatkan tambahan penghasilan di masa pandemi Covid-19, dari produk UMKM Citra Lestari yang mereka kelola.

Produk yang dihasilkan berupa stik kemasan. Dengan variasi stik sawi, seladri, jagung, bayam merah, bayam, dan carang emas. Produk olahan makanan stik itu bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan. Bahan bakunya dari KRPL dari Dusun Krajan, berupa bayam, seledri, dan bahan baku stik lainnya.

“Manfaatnya bagi warga, selain bisa membuat makanan stik, mereka juga dapat penghasilan tambahan untuk membantu suami dari sisi ekonomi keluarga. Kita bisa buat karena ikut pelatihan dari CSR PJB Paiton,” ungkap lulus madrasah tsanawiyah (MTs).

Ia mengatakan produksi stik yang dibuat warga tak mesti di rumahnya. “Sementara ini kita pajang dan pasarkan di Pantai Bohay. Kita mencari cara mendongkrak penjualan agar UMKM ini bisa terus berkembang dan meningkatkan kesejahteraan warga. PJB Paiton sering beli produk kita sebagai oleh-oleh saat kedatangan tamu,” ucap dia.

UMKM Citra Lestari dapat bantuan ribuan kemasan stik dari PJB Paiton melalui kegiatan corporate social responsibility (CSR). Agar produk yang dihasilkan terlihat bagus. Dengan kemasan yang bagus itu, produk mereka laris dibeli masyarakat.

“Dulu saya kan kader posyandu, ada lomba saya ikut. Ternyata Posyandu Binor masuk lima besar. Oleh PJB Paiton ternyata kita dipantau terus. Ternyata yang dinilai maju adalah Posyandu Desa Binor. Akhirnya Desa Binor posyandu-nya diberi pelatihan banyak sekali, mulai pelatihan pembuatan olahan ikan laut, stik, hingga sirup. Lalu pelatihan packing, akhirnya kita jadi tahu cara membuat stik dan kemasan,” tandas Hostiningsih menceritakan awal-awal Postaklim.

(adv)