Ngobrol Bareng Trio Kawan Penggagas Razia Perut Lapar

1648

 

Kebahagiaan hakiki adalah ketika kita bisa berbagi kepada orang lain – Setyo Tuhu

Oleh: Miftahul Ulum

MENTARI baru saja menyembul dari ufuk timur saat trio kawan asal Beji sibuk dengan ratusan bungkus nasi, Jumat pagi (4/12/2020). Mereka bersiap berangkat melaksanakan agenda rutin razia.

Tak sembarang razia. Sebab, razia yang mereka lakukan khusus menyasar orang-orang lapar kaum pinggiran. Bukan untuk diangkut, melainkan diberi nasi bungkus

Total ada 130 nasi bungkus yang mereka siapkan pagi itu. Dari markasnya di Bakalan, Beji, puluhan nasi bungkus itu mereka bagikan kepada pedagang asongan, pedagang kaki lima (PKL), tukang tambal ban, tukang becak, dan kaum pekerja informal lainnya.

Tak butuh waktu lama. Hanya dalam kurun 45 menit, 130 nasi bungkus itu telah berpindah tangan.

WartaBromo, yang sempat mengikuti kegiatan itu menyaksikan bagaimana razia itu berlangsung. Dari perumahan Taman Permata Indah (TPI), mereka bergerak ke timur, menyinggahi tukang tambal ban, polisi cepek di sekitaran Pogar, hingga tukang becak di sekitar pegadaian, alun-alun Bangil, sampai Gempeng.

Baca Juga :   Kisah Mantan Pemandu Wisata, Terpuruk hingga Bangkit karena Wabah

Terlihat ratusan senyum menyembul dari wajah-wajah yang keras ditempa kehidupan. Ketika satu orang mendapat bagian nasi bungkus, ia memanggil kawannya yang lain, agar kebagian jatah nasi. Setelah semua nasi dalam kantong plastik merah ludes, mereka bertiga kembali ke markas.

Sembari bersantai di teras rumah Setyo yang dipakai markas itu, Andaru Mahameru, dan Dandi, mengisakan awal mula gerakan ini.

Semua bermula dari Setyo dan Andaru, yang sama-sama alumni SMA Bangil (SMANBA). Setyo lulus 2011, sedangkan Andaru 2012.

Oktober 2020, di sela obrolan serius dan santai, tercetus pikiran untuk membantu orang lain di tengah pandemi. Dari sanalah kemudian dipilih gerakan Razia Perut Lapar yang bergerak setiap Jumat Pagi, dengan nama Truly_Happiness.

Pertama dilakukan pads Jumat, 13 Oktober 2020, hingga kini Truly-Happiness istiqomah untuk membagikan sebungkus nasi untuk orang-orang yang membutuhkan.

Baca Juga :   Pohon Toleransi di Timur Jawa

“Pada akhirnya, kami memilih Razia Perut Lapar, kan juga bisa memberdayakan UMKM, kami pesannya di salah seorang teman kami yang punya katering, karena pandemi orderan sepi tidak ada event, jadi bisa lebih bermanfaat,” ucap Setyo yang juga pegawai BUMN di Surabaya ini.

Setyo bersama Andaru akhirnya memulai gerakan ini dengan uang yang ia sisihkan dan juga donasi dari teman-temannya.

Semula, Setyo sempat canggung ketika hendak memberi nasi kepada orang-orang. Lambat laun, rasa canggung itu pun terganti oleh senyum tipis kebahagiaan karena bisa berbagi.

“Saya merasa tertampar, ketika mereka terlihat bahagia dengan mendapat sebungkus nasi, menjadi renungan untuk saya betapa saya harus bersyukur dengan keadaan saya sekarang, sarapan yang tiap hari di depan saya, kadang masih berkomentar,” sahut Andaru yang juga guru bahasa Inggris di BLK Pandaan.

Baca Juga :   Mengunjungi Taman "Bunga Abadi" Edelweiss di Tosari

Dalam perjalanannya, kawan lain bergabung, Dandy Dwi, salah seorang anggota kepolisian yang juga alumni SMANBA. Ia turut dalam gerakan kemanusiaan ini sebagai donatur sekaligus pelaku razia perut lapar. Ia yang sedianya merazia kejahatan, kini juga membantu merazia perut lapar.

Dalam setiap gerakan kebaikan dan perjuangan, selalu ada orang-orang julid yang mengiringinya. Setyo, Andaru, Dandy, beberapa kali mendapat julid-an dari orang-orang di sekitar.

“Ada saja Mas, awal-awal gerakan, kan kami dokumentasikan, nah ada temen yang bilang, kok harus difoto sih, kalau mau bantu-bantu saja,” kata Setyo menirukan nada sumbang yang dialamatkan padanya.

Ketiganya bergeming, meskipun sempat goyah, ia berkonsultasi ke salah seorang ustad, menanyakan perihal mendokumentasikan kegiatan tersebut dan memposting di media sosial. Mereka semakin yakin, tatkala jawaban yang mereka dapatkan dari ustad tersebut mendukung langkah baik mereka.