Mengunjungi Stasiun Pengamatan Antariksa (LAPAN) di Gempol; Jadi Alternatif Wisata Edukasi

2913

 

Oleh: Miftahul Ulum

MASYARAKAT era kiwari (kekinian, Red) terlihat berlomba-lomba memamerkan wisata unik dan baru. Salah satu yang diburu adalah wisata edukasi yang unik.

Salah satu yang menyuguhkan wisata edukasi sekaligus unik adalah Balai Pengamatan Antariksa dan Astronomi Pasuruan (LAPAN Pasuruan). Menempati lahan seluas 11,3 hektar, di Desa Carat, Kecamatan Gempol, BPAA ini menjadi satu-satunya cabang LAPAN di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali dan Nusa Tenggara.

Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Astronomi LAPAN Pasuruan Dian Yudha Risdianto menguraikan, memiliki tugas utama untuk melaksanakan pengamatan, perekaman, pengolahan, dan pengelolaan data antariksa dan atmosfer. Terdapat instrument atau peralatan yang digunakan untuk pengamatan benda-benda antariksa maupun pengamatan atmosfer.

“Tugas utamanya untuk melaksanakan pengamatan, perekaman, pengolahan, dan pengelolaan data antariksa dan atmosfer. Dari data tersebut kemudian digunakan untuk keperluan riset dan edukasi keantariksaan, nantinya masyarakat kan bisa belajar bagaimana bentuk matahari, aktivitasnya apa saja, juga bisa mengetahui benda-benda langit seperti bulan, dan planet-planet lain,” kata Dian kepada WartaBromo, Sabtu (16/1/2021).

Baca Juga :   Truk Ayam Vs Truk Batu, 1 Orang Tewas dan 4 Orang Luka

Dian menguraikan LAPAN Pasuruan bermula dari Stasiun Peluncuran Balon Stratosfer (Stasbal) yang diresmikan pada September 1983. Seiring dengan perkembangan waktu berubah menjadi LAPAN Pasuruan.

LAPAN Pasuruan sendiri memiliki sebanyak 15 alat untuk akuisisi data yang terbagi menjadi 2 kelompok penelitian, yaitu Kelompok Penelitian Antariksa dan Kelompok Penelitian Atmosfer. Salah satu produknya adalah SADEWA.

SADEWA (Satellite-based Disaster Early Warning System) merupakan suatu sistem informasi yang menyediakan informasi terkait data observasi dan prediksi menggunakan dinamika atmosfer, seperti prediksi hujan maksimal 3 hari ke depan.

Selain itu, LAPAN juga membuka diri untuk masyarakat awam atau wisatawan yang ingin belajar astronomi dan keantariksaan. Wisatawan bisa berkunjung di hari kerja, mulai jam 08.30 – 15.30.

Baca Juga :   Planet Jupiter dan Saturnus "Berpelukan", Bagaimana Cara Melihatnya?

“Bahkan, meskipun akhir pekan, ketika kantor tutup, kami mempersilahkan warga sekitar atau pengunjung untuk masuk, biasanya jogging atau sekadar berfoto. Diperbolehkan sebatas jalan saja, kan bagus banyak pohon rindang, tapi tidak sampai ke kantor,” imbuhnya.

Hal ini memungkinkan lantaran salah satu tugas dari LAPAN Pasuruan juga adalah pelayanan publik. Masyarakat bisa berkunjung ke LAPAN Pasuruan pada event-event tertentu atau untuk mengamati fenomena alam tertentu.

“Seperti pada saat pengamatan gerhana matahari cincin tanggal 26 Desember 2019 lalu. Kemarin LAPAN Pasuruan menyiapkan beberapa teleskop dan set kacamata sepanjang 15 meter untuk melihat gerhana matahari cincin,” sambungnya.

Untuk menikmati fasilitas tersebut, para pengunjung tidak dipungut biaya sepeserpun. Jadi tidak ada ruginya untuk menikmati pengamatan antariksa, sekaligus belajar. Gratis pula.

Baca Juga :   Rugikan Negara Rp 3,3 M, Dua Juragan Tambang di Gempol Dijebloskan ke Penjara

Sebagai wisata edukasi, kata Dian, LAPAN Pasuruan memberikan edukasi berupa materi-materi keantariksaan sesuai usia pengunjung. Baik dari jenjang TK sampai Perguruan Tinggi maupun pengunjung awam.

“Nanti kita beri materi tentang keantariksaan sesuai jenjangnya. Dari TK sampai Perguruan Tinggi disesuaikan,” imbuhnya.

Bahkan, beberapa tahun yang lalu, Bupati Pasuruan H.M. Irsyad Yusuf sempat mewacanakan LAPAN sebagai wisata edukasi. Lantaran melihat animo masyarakat belajar mengamati fenomena antariksa.

Dikonfirmasi terkait hal itu, Dian menguraikan, LAPAN Pasuruan sangat memungkinkan untuk dijadikan wisata edukasi. Para pengunjung dapat belajar lebih terkait astronomi. Sembari menunggu kesiapan infrastruktur penunjang bagi wisatawan.