Masih Ada Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak, Lulis Sebut Pelaku Masih Orang Terdekat

926

 

Pasuruan (WartaBromo.com) – Selama tiga bulan terakhir, angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Pasuruan sudah mencapai 5 kasus. Pelakunya dikatakan masih orang terdekat.

Berdasarkan data dari Dinas Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (KB-PP) Kabupaten Pasuruan, selama bulan Januari hingga Maret 2021, setidaknya sudah ada 5 laporan kasus kekerasan. Rinciannya, 3 kasus kekerasan terhadap anak dan 2 kasus KDRT.

Selama tiga tahun terakhir, kasus kekerasan terhadap anak dan KDRT terbilang fluktuatif. Di tahun 2018, total 25 kasus kekerasan pada anak dan 6 kasus KDRT. Sedangkan di tahun 2019 meningkat  menjadi 32 kasus kekerasan anak dan 8 kasus KDRT. Dan untuk tahun 2020, total terdapat 26 kasus kekerasan pada anak dan 6 kasus KDRT.

Baca Juga :   PT Indonesia Power UPJP Perak Grati Gelar Rakor Strategi Pengamanan Obvitnas Jelang Pemilu 2019

Lulis Irsya Yusuf, Ketua PPT-PPA (Pusat Pelayanan Terpadu-Perlindungan Perempuan dan Anak) Kabupaten Pasuruan mengatakan, anak dan perempuan memang sering menjadi korban kekerasan. Setelah dilakukan pendataan, pelakunya merupakan orang terdekat. Di antaranya keluarga dan tetangga sekitar rumah.

“Kalau anak, karena orang tuanya sibuk kerja semua. Sehingga anaknya dititipkan ke nenek atau kakek. Sementara mereka punya keterbatasan fisik, akhirnya dibiarkan bermain dengan siapa saja. Ini yang harus diperhatikan, meski tidak semua seperti itu. Kalau masalah KDRT sebenarnya faktor komunikasi saja,” jelasnya.

Lulis kemudian melakukan koordinasi dengan Pengadilan Negeri Bangil, Kejaksaan hingga RSUD Bangil. Hal ini supaya kasus kekerasan terhadap anak maupun perempuan, bisa semakin ditekan.

Baca Juga :   Soal Pembangkit Listrik Arjuno, Lima Tahun Lagi Ditarget Operasi

“Kalau ditanya zero kekerasan, ya masih jauh, karena butuh waktu dan proses. Bukan tugas pemerintah saja, melainkan dunia usaha, media massa dan masyarakat. Khususnya keluarga,” lanjutnya.

Ia mengatakan, butuh sosialisasi yang massif untuk mencegah kekerasan terjadi. Di antaranya dengan penyuluhan kepada warga tentang pentingnya komunikasi antar keluarga. Kemudian juga menciptakan keharmonisan keluarga, supaya potensi kekerasan bisa diminimalisir. (mil/may)