Layanan GoMed Bantu Selamatkan Pasien Isoman

1094

 

Pasuruan (WartaBromo.com) – Florence (40) tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila pandemi saat ini berlangsung dengan kondisi teknologi belum semaju seperti sekarang ini.

“Bisa jadi akan jauh lebih banyak korban. Selain itu, pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri juga akan banyak terlantar karena sulit mendapatkan akses,” cerita Florence, yang sempat menjalani karantina mandiri pada Juli lalu itu.

Sebagai mantan penyintas Covid-19, Florence tahu betul bagaimana rasanya menjalani isolasi mandiri (isoman). Ruang gerak terbatas, dan tak bisa kemana-mana.

Yang paling membuatnya bingung adalah ketika kondisinya sempat drop. Demam tinggi dan mengalami batuk parah. Bahkan, pengukuran menggunakan oximeter, kadar udara dalam darahnya berada di bawah 90.

“Badan panas, dan mulai agak sesak napas,” terangnya. Untung saja, latar belakang dirinya yang sedikit banyak tahu permasalahan kesehatan mengerti bagaimana harus bertindak.

Baca Juga :   Cerita Soe Hok Gie, Pendaki yang Meninggal di Puncak Semeru karena Gas Beracun

Memanfaatkan gawai di genggamannya, ia pun segera mengkonsultasikan keadaannya pada platform penyedia layanan kesehatan secara daring. ” Saya pun akhirnya dapat resep,” cerita Florence.

Sampai di situ, masalah belum selesai. Sebab, karena terlalu malam, beberapa apotek yang ada di sekitar Pasuruan sudah tutup. Jika pun masih buka, stok obat yang dicarinya sedang kosong.

Hingga akhirnya, sebuah apotek di Lawang, Kabupaten Malang memiliki obat dimaksud. Memanfaatkan layanan GoMed, obat tersebut kemudian dikirim ke tempatnya menjalani isolasi di sebuah hotel di Prigen, Kabupaten Pasuruan.

“Untung saja ada GoMed. Kalau tidak, saya tidak tahu lagi seperti apa jadinya, karena itu kan hampir tengah malam, terus jaraknya juga jauh,” katanya.

Bagi Florence, kehadiran layanan GoMed dan pesan antar lainnya, seperti GoSend atau GoFood sangat membantu dirinya melewati masa karantina mandiri. Sebab, statusnya yang suspect Covid-19 membuatnya menghindari kontak langsung dengan orang lain.

Baca Juga :   Indonesia Dijajah 350 Tahun, Hanya Mitos?

Untuk memenuhi kebutuhannya, seperti makanan atau obat-obatan, praktis, layanan pesan antar seperti GoFood dan GoSend menjadi andalannya.

Bahkan, kebiasaan itu tetap ia lakoni hingga sekarang. “Sampai sekarang pun masih ngandalkan itu. Lha gimana wong pandemi-nya juga belum selesai,” ujarnya.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir delapan bulan telah memunculkan ‘tradisi’ baru di kalangan masyarakat. Mereka mulai berdaptasi dengan kebiasaan baru agar tetap produktif.

Hasil studi yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menyimpulkan adanya perubahan perilaku konsumen dalam bertransaksi. Keberadaan platform digital Gojek dipilih guna menghindari kontak langsung.

Riset terbaru LD FEB UI memperkirakan kontribusi ekonomi ekosistem digital Gojek dan GoTo Financial (di luar Tokopedia) menjadi 1,6% dari PDB Indonesia, atau sekitar Rp 249 triliun di tahun 2021. Angka tersebut meningkat 60 persen dibanding tahun sebelumnya.

Baca Juga :   Mereka Yang Bertahan di Tengah Hempasan Wabah

Perluas Layanan

Di sisi lain, makin tingginya penggunaan platform digital oleh warga di tengah masa pandemi menginspirasi pihak GoJek untuk meningkatkan inovasi guna memudahkan layanan pada konsumen.

Salah satunya melalui pengembangan GoSend API (integration application interface). Layanan ini mengintegrasikan GoSend dengan platform mitra bisnis sehingga menghadirkan layanan pengiriman yang handal, cepat dan mudah.

“Penguatan dan pengembangan integrasi API GoSend membuat layanan instant dan same day delivery menjadi pilihan pelaku usaha dan pengguna,” kata Kevin Aluwi, Co Founder dan CEO GoJek melalui penjelasan tertulisnya kepada WartaBromo.