Yang terpenting, kata Jek, dengan tema lokalitas ini para seniman setidaknya pernah memikirkan dan memaknai rumah, kampung, kota yang mereka tinggali dengan cara mereka masing-masing.
“Sekalipun mengkritisi, menyanjung, atau bahkan menjatuhkan kotanya sendiri. Tapi setidaknya dia pernah memikirkan kotanya dan membuat karya untuk dipersembahkan,” katanya.
51 karya yang dipamerkan dalam Gandheng Renteng #11 terdiri dari 16 karya drawing, 17 karya lukis, 3 karya fotografi, 2 karya cetak tinggi, 2 karya instalasi, 1 karya eksperimen musik, 1 karya aquascape, 1 karya cukil hardboard, 1 karya rajut, 1 karya grafis, 1 karya drawing performance, 1 karya video art, dan 1 karya media baru.
Jek melanjutkan, ia percaya daerah yang maju pasti beriringan dengan kesenian yang juga maju. Pengunjung yang sempat datang ke pameran Gandheng Renteng #11, kata dia, bisa melihat dua hal yaitu kemajuan kesenian di Kota Pasuruan dan kemajuan Kota Pasuruan sendiri di mata para seniman.
“Ini aset kesenian bagi Kota Pasuruan. Karya-karya dengan rasa lokalitas yang kuat. Kita tidak bicara bagus tidaknya, tapi ini adalah aset kita dan tidak ternilai harganya,” tutup Jek. (may)