Keren, Pemuda di Pesisir Kota Pasuruan Ini olah Sampah Plastik Jadi BBM

705
Pasuruan (WartaBromo.com) – Banyaknya sampah plastik di wilayah pesisir Kota Pasuruan memantik ide kreatif sejumlah pemuda di Kelurahan Tambakan, Kecamatan Panggungrejo. Olehnya, sampah-sampah anorganik itu diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Seperti premium, hingga solar. Nouvel Zabidi (22), salah satu pemuda setempat mengatakan, gagasan untuk mengolah sampah plastik jadi BBM itu berawal dari keprihatinannya atas banyaknya sampah plastik yang tak terolah. “Banyak sampah plastik yang dibuang sekenanya. Karena lama tidak terurai, akhirnya menumpuk dan mengotori lingkungan,” katanya kepada media ini, pekan lalu. Dari sana, ia dan beberapa rekannya kemudian berinisiatif untuk memanfaatkannya. Sampah-sampah plastik itu kemudian diambil, lalu dipilah.
BBM yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik. Foto: Romadoni.
Selain dari ibu-ibu rumahan di sekitar, sampah plastik itu juga ia peroleh dari kerja bakti membersihkan sampah di pesisir pantai utara Kota Pasuruan. Dalam sehari, sampah yang dikumpulkan bisa mencapai 5-10 kilogram.
Baca Juga :   PT. Soedali Janji Selidiki Penyebab Merahnya Kali Jogonalan
Sebelum diolah menjadi BBM, sampah plastik itu kemudian dipilah. Mana yang layak dan yang tidak. Sebab, tidak semua plastik dalam kondisi baik. “Setelah itu, plastik yang layak kemudian dijemur untuk dikeringkan. Kurang lebih seminggu,” kata Nouvel. Nouvel bilang, untuk membuat BBM, seperti premium, solar dan minyak tanah, ia membutuhkan setidaknya sekitar 30 kilogram sampah plastik. Dari jumlah tersebut, ia bisa menghasilkan belasan liter BBM. “Dari 30 kilogram sampah plastik, nanti bisa jadi 7 liter BBM. Yakni 5 liter solar, 1 liter premium dan 1 minyak tanah,” jelasnya. Muhamad Bustanul Ulum (22), pemuda yang juga membantu Nouvel menjelaskan bagaimana cara mengolah sampah plastik itu menjadi BBM. Termasuk, berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Baca Juga :   Limbah Medis Salah Kelola! Tunggu Sajian Khusus Kolaborasi Tempo-WartaBromo
Menurutnya, sampah yang terkumpul selanjutnya dimasukkan ke alat destilator. Selanjutnya, plastik yang ada di dalam dilakukan pemanasan. Setelah 4-5 jam, BBM keluar dari pipa di destilator dengan wadah di bawahnya. “Untuk proses yang dibutuhkan yakni 4-5 jam. Itu sudah jadi 7 liter BBM, untuk yang mengerjakan atau memprosesnya juga hanya cukup 2 orang saja,” kata Ulum. Untuk hasil yang diperoleh dari proses pemanasan sampah plastik yang sudah dimasukkan dalam mesin destilator itu, proses selanjutnya adalah menunggu hasil bahan bakar minyak di bawah mesin yang sudah disiapkan. “Ini sudah ada tempatnya. Jadi mesin destilator ini bertugas untuk mengahasilkan 3 bahan bakar minyak secara langsung, ada solar, premium dan minyak tanah,” lanjutnya.
Baca Juga :   Duh, Hutan Ini Dilepas Hanya Demi Tambang Sirtu
Setelah itu, hasil yang diperoleh kemudian disaring agar mendapatkan hasil premium yang bagus. “Disaring dulu dengan kapas, setelah itu di kasih obat agar menghasilkan pembakaran yang kuat dan bagus,” katanya. Saat ini, hasil bahan bakar itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Misalnya, untuk sepeda motor dan untuk memasak ibu-ibu rumah tangga. Harapannya, ia dan teman-temannya bisa segera menyuplai kebutuhan para nelayan. Khususnya kebutuhan solar untuk perahu. Dikatakannya, sejumlah pemuda di tempatnya sudah melakukan sosialisasi memanfaatkan solar dari sampah ini untuk perahu para nelayan. “Saat ini sih dibuat sehari-hari, sepeda motor dan memasak. Tapi ke depan masyarakat yang mayoritas nelayan bisa memanfaatkan solar untuk perahu mereka,” ujarnya. (don/asd)