Waspada! Banjir Lahar di Bromo

783

Banjir lahar dingin / google

Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur belum menunjukkan tanda-tanda berhenti meski tak berstatus Awas. Kini, warga yang tinggal di sekitar gunung diminta waspada atas ancaman banjir lahar saat memasuki musim hujan.

“Peluang terjadinya banjir lahar yang lebih besar dapat terjadi akibat curah hujan di atas normal, dampak penyimpangan iklim global La Nina yang masih berlangsung hingga sat ini,” kata Peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono seperti dilansir dari laman BMKG.

Kewaspadaan harus ditingkatkan terutama bagi warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Kaldera Bromo. Menurut Daryono, pada beberapa kasus letusan gunung api, dampak banjir lahar terkadang lebih berbahaya daripada letusan gunung api itu sendiri.

Dia lantas mencontohkan letusan kecil Gunungapi Nevado del Ruiz di Columbia tahun 1985 menewaskan lebih dari 23.000 orang tewas. “Korban tewas ini tidak disebabkan oleh letusan gunung api tetapi karena tersapu banjir lahar.”

Contoh lain adalah peristiwa letusan Gunung api Pinatubo di Filipina tahun 1991. Sebanyak 100.000 rumah rusak berat bukan disebabkan oleh letusan gunung tetapi hanyut akibat banjir lahar.

Dia mengakui resiko letusan Gunung Bromo dinilai lebih rendah dibandingkan Gunung Merapi.  Namun, sambungnya, dengan aktivitasnya yang masih terus menyemburkan hujan abu tebal dapat menyebabkan potensi bahaya sekunder berupa banjir lahar yang semakin besar di puncak musim hujan ini.

Puncak musim hujan di kawasan Bromo terjadi pada bulan Januari pada setiap tahunnya. Berdasarkan data rata-rata curah hujan bulanan di stasiun pengamatan hujan di Daerah Sapih yang lokasinya paling dekat dengan puncak Bromo, diketahui kawasan Bromo mengalami curah hujan tertinggi pada bulan Januari, sekitar 421 milimeter.

Selain itu, Daryono juga menjelaskan perbedaan karakteristik erupsi antara Gunung Bromo dengan Gunung Merapi. Jika Gunung Bromo memiliki tingkat eksplosifitas rendah karena karakteristik magmanya yang cair, maka Gunung Merapi dinilai lebih berbahaya karena karakteristik magmanya yang lebih kental sehingga menghasilkan letusan eksplosif yang lebih kuat.

Merapi juga dinilai lebih berbahaya karena memiliki bentuk pelepasan energi magma berupa awan panas atau wedhus gembel yang mematikan, sementara Gunung Bromo tidak memiliki bentuk pelepasan energi berupa luncuran awan panas. (sumber : hs /VIVAnews)