‘Tradisi’ Banjir Pasuruan, Kapankah Berakhir?

915
Ruang guru SMP I Rejoso terendam, murid dipulangkan, Selasa (26/11/)/ wartabromo.com

Pasuruan (wartabromo) – Ribuan rumah di wilayah Pasuruan terendam banjir akibat luapan sungai yang tidak mampu menampung air, Selasa (26/11/2013). Banjir di beberapa wilayah sudah menjadi ‘tradisi’ yang berulang setiap musim hujan. Lantas apa yang dilakukan pemerintah?

Banjir akibat hujan lebat yang terjadi pada Senin (25/11), merendam ribuan rumah di Kecamatan Bangil, Beji dan Rejoso wilayah Kabupaten Pasuruan serta Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan. Genangan air rata-rata antara 50 centimeter – 100 centimeter.

Tadi malam, Jalur Pantura Bangil juga sempat lumpuh karena terendam dan siang tadi, Jalan Raya Jarangan Rejoso macet akibat luapan air setinggi 30 centimeter.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, di Kecamatan Rejoso banjir terjadi di Desa Kedungbako, Sambirejo, Sadengrejo dan Kawisrejo. 600 rumah terendam di empat desa ini.

Di Kecamatan Bangil, banjir terjadi di enam kelurahan/desa, yakni Kelurahan Kalianyar, Kalirejo, Latek, Desa Tambakan, Desa Manaruwi serta Desa Masangan. Total 2.500 rumah warga terendam di wilayah ini.

Baca Juga :   Tekan Golput, 'KPU Goes To School' Jaring Pemilih Pemula

Di Kecamatan Beji, banjir terjadi di Dusun Kedungringin dan Dusun Balongrejo Desa Kedungringin. 200 rumah terendam di dua dusun ini. Sementara itu di Kelurahan Karangketug Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan, ratusan rumah di tiga RT juga kebanjiran.

Di wilayah yang disebutkan di atas, banjir terjadi hampir setiap tahun saat musim hujan. Warga bahkan sudah terbiasa dengan penderitaan akibat banjir. Saat hujan lebat sementara volume air sungai sudah tinggi, warga langsung tahu apa yang dilakukan. Mereka bersiaga dan bersiap mengemasi barang berharga. Sebagian warga juga siap mengungsi ke rumah saudara dan tetangga.

Lantas apa yang dilakukan pemerintah setempat? Yang dilakukan pemerintah Kabupaten maupun Kota selama ini hanya penanggulangan bencana, bukan pencegahan atau mitigasi. Yang diberikan pada korban banjir hanya makanan siap saji, air bersih atau paling banter pelayanan kesehatan.

Baca Juga :   Masih Terbitkan 508 Sertifikat, Pemkab Pasuruan Dorong Percepatan Target 15 Ribu Sertifikasi Tanah

Bagi warga yang sudah terbiasa berjibaku dengan banjir, bantuan-bantuan tersebut bisa jadi tidak ada artinya karena mereka akan survive tanpa bantuan tersebut.

Yang mereka butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang terutama dari para pemimpinnya. Yang mereka harapkan pemimpin mereka datang ke lokasi banjir, masuk ke dalam genangan air dan turut serta merasakan penderitaan mereka.

“Sabar Ibu… Sabar Pak. Kami akan berusaha sekuat tenaga agar musim depan tidak ada banjir lagi di sini,” kalimat itu jika diucapkan seorang pemimpin yang terjun ke lokasi banjir akan menjadi obat penawar dari segala duka akibat dampak banjir. Mereka akan kuat menghadapi dingin, lapar dan segala macam penyakit yang mengancam.

Baca Juga :   Sabtu dan Minggu, Jalur Wisata Pandaan - Malang akan Padat

Banjir di wilayah Pasuruan merupakan masalah kronik. Sebagian besar warga mungkin sudah muak dengan retorika dan janji-janji. Warga butuh kepastian, bahwa banjir tidak akan terulang tahun depan.

Meskipun di beberapa wilayah banjir cepat surut dan tidak menyebabkan korban jiwa, namun banjir bisa melumpuhkan aktifitas ekonomi, melumpuhkan aktifitas sosial kemasyarakatan, melumpuhkan aktifitas pendidikan dan keagamaan. Banjir juga menebar ancaman penyakit pada warga.

Lantas siapa yang akan menalangi kerugian material akibat lumpuhnya kegiatan ekonomi? Siapa yang bertanggungjawab dengan tertundanya seluruh aktivitas sosial kemasyarakatan? Siapa yang mengganti hilangnya ilmu yang seharusnya didapatkan para siswa karena terpaksa tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar akibat sekolahnya terendam? Siapa yang mau ikut merasakan dingin akibat banjir, serta penyakit yang datang kemudian? Belum lagi kerugian material dan nonmaterial akibat terputusnya jalur pantura? Semua pasti angkat tangan!