Modal Nekat, Nur Hidayat, Sukses Bertani Organik (1)

4904
Nur Hidayat (34), tengah melihat bibit tanaman organik di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan./WARTABROMO/Gesang Arif Subagyo.

Prigen (wartabromo) – Alam Indonesia merupakan surga bagi budidaya tanaman organik. Tanahnya yang subur sangat cocok untuk sistem pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis ini.

Beberapa tanaman Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik organik adalah padi, sayuran dan buah-buahan serta tanaman perkebunan seperti kopi, teh, cengkeh, durian nangkah serta rempah-rempah.

Kondisi ini tentu sangat mendukung terciptanya peluang usaha budidaya sayuran organik, terlebih dewasa ini sedang timbul kesadaran untuk kembali pada alam. Masyarakat mulai membuka mata dan pikirannya untuk lebih mengutamakan mengonsumsi makanan sehat dari buah-buahan dan sayuran organik daripada buah dan sayuran yang mengandalkan bahan-bahan kimia sintetis maupun junkfood.

Peluang ini disadari betul oleh Nur Hidayat (34), petani muda asal Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Melihat potensi bisnis pertanian organik serta alam lereng pegunungan Arjuno yang subur, Nur Hidayat terlecut melakukan budidaya tanaman organik.

Baca Juga :   Yuk! Coba Terapi Berendam Air Laut

Awalnya ia mengaku ragu memulai, apalagi saat itu ia belum tahu seluk beluk sistem pertanian organik. Namun karena keyakinannya bahwa pertanian organik punya prospek yang cerah, ia nekat memulainya. “Saya mulai merintis sejak sepuluh tahun lalu,” kata priya yang akrab disapa Hidayat inu saat berbincang dengan Wartabromo di rumahnya Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen.

Dengan pengalaman dan pengetahuan yang minim tentang pertanian organik, ia mulai budidaya sayuran organik seperti bayam merah, sawi, slada, kangkung hingga bawang merah dan tomat. “Terus terang pengetahuan saya soal organik sangat minim. Saya hanya mencoba dan terus mencoba. Sambil berjalan saya mencari referensi dari buku-buku maupun internet. Saya juga belajar pada orang lain yang lebih berpengalaman,” jelasnya.

Baca Juga :   Disambut Hadrah, Kyai Ma'ruf Ziarah ke Makam Habib Alwi Kebonagung

Learning by doing, begitulah kiranya Hidayat mengambarkan tahun-tahun awal merintis budidaya tananam organik. Ia mengaku terus melakukan coba-coba dari cara menanam, komposisi media tanam hingga pupuk yang harus digunakan.

“Coba-coba terus sambil terus cari referensi. Akhirnya bisa menentukan media tanam yang pas. Mengolah pupuk organik dari kotoran hewan yang dikomposkan dan juga dari tanaman yang mengandung NPK (Nitrogen-Posfor-Kalium),” terang pria berperawakan kalem ini.

Hidayat mengaku mengolah sendiri kotorsan hewan menjadi kompos dan tanaman-tanaman yang akan dijadikan pupuk organik, seperti daun pohon paitun yang mengadung nitrogen, bongol pisang sebagai sumber kalium serta abu kayu untuk mendapatkan kandungan pospor. “Namanya tanaman organik harus ditanam di tanah atau media tanam yang diolah secara organik dan dipupuk dari bahan-bahan organik,” terangnya.

Baca Juga :   Izin Gangguan dan Izin Prinsip Bagi UKM akan Dihilangkan

Menemukan komposisi media tanam dan bahan-bahan pupuk organik bagi Hidayat merupakan hal paling sulit dalam usahanya merintis budidaya tanaman organik. Setelahnya, ia mengaku tidak mendapatkan kesulitan berari “karena tanah di lereng pegunungan Arjuno sangat subur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh,” ujarnya.

Tahun-tahun berikutnya, ia akhirnya menuai hasil dari kerja keras dan ketekunannya. Ia mulai bisa memanen sayuran organik dengan kualitas baik sehingga ia percaya diri untuk memasarkannya.

“Bekerja keras lagi untuk mencari pembeli, akhirnya banyak tengkulak yang mengetahui produk saya dan membeli sayuran organik dari saya. Pasar sayuran organik memang masih terbatas. Para tengkulak yang mengabil dari saya mendistribusikannya ke Surabaya,” kata dia.