Kopdar Bareng Milanisti Pasuruan

1449
Kopdar Bareng Milanisti Sezione Pasuruan.

Pasuruan (wartabromo) – Kobe Bryant, megabintang NBA, mengakui atmosfer dan gairah dalam pertandingan sepak bola sangat berbeda dengan basket. Bryant, bahkan menyebut sepak bola layaknya sebuah agama.

“Tidak diragukan lagi, hasrat di sepak bola berada pada level lain. Sepak bola sangat berbeda. Hal itu seperti sebuah agama. Besar di Italia memberi saya pengalaman jatuh cinta pertama dengan sepak bola,” kata Bryant.

Suka atau tidak, sepak bola sudah seperti agama.  Pemain-pemain diidolai layaknya nabi. Tingkah-pola dan gayanya diikuti. Menamai si buah hati dengan nama pemain pujaan, salah satu yang lazim dilakukan.

Para fans bisa merengek seperti anak kecil saat melihat pemain pujaannya pindah ke klub lain. Mereka juga marah jika idolanya tersebut tidak mendapatkan perlakuan yang layak dari klub. Bahkan, banyak yang tidak merelakan sang pemain pensiun meski performanya di lapangan sudah dirampas usia.

Baca Juga :   Asyik Rangkulan Dengan Janda, Ayah Satu Anak Diamankan Satpol PP

Klub-klub sepakbola punya ‘umat’ yang mendukungnya dengan sepenuh jiwa. Air mata bisa meleleh tanpa disadari saat klub kesayangan ditumbangkan tim lawan.

Sebaliknya, kebahagian membuncah saat melihat timnya meraih kemenangan. Pesta-pesta dilakukan, nyanyian-nyanyian dan yelyel diteriakkan sepanjang waktu bak sebuah ritual pemujaan.

Kecintaan para penggemar sebuah klub sepak bola menembus ruang dan waktu, tidak terhalang oleh batas negara, warna kulit atau usia. Mereka bergerak dalam sebuah satu panji bernama fans klub.

Klub-klub besar di Eropa rata-rata memiliki penggemar fanatik. Fanatisme bukan hanya di kota maupun negara asal klub tersebut, tapi sudah menyebar ke belahan dunia lain.

Klub-klub di liga-liga paling elit dunia seperti Italia, Inggris dan Spanyol memliki jaringan penggemar hingga ke penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia yang masyarakatnya memang gandrung dengan olah raga kolektif ini.

Baca Juga :   Setahun Huni Rutan, Terpidana Kasus Asusila Meninggal

Di Indonesia, banyak kelompok penggemar klub-klub elit Eropa, yang beberapa diantaranya bahkan memiliki jaringan sangat kuat hingga memiliki struktur organisasi yang lengkap. Salah satunya adalah kelompok pendukung Associazione Calcio (AC) Milan, yang dikenal dengan sebutan Milanisti. Salah satu klub paling sukses di Negeri Pizza, Italia, ini bahkan memiliki kelompok penggemar hingga tingkat basis.

Basis Milanisti layaknya sebuah kecamatan dalam struktur administrasi pemerintahan. Hanya saja, basis ini belum terdaftar secara resmi di Milanisti Indonesia. Basis merupakan embrio dari Sezione, sebuah struktur paling kecil dari ‘pemerintahan’ Milanisti Indonesia. Sezione sendiri berada di bawah Paguyuban Milanisti Tingkat Provinsi.

Sezione merupakan kelompok Milanisti di tingkat kota madya dan/atau kabupaten yang diketuai oleh seorang yang disebut sebagai “Capo”. Dalam Bahasa Italia, “Capo” bermakna pemimpin.

Baca Juga :   "Lebih Baik Komite Sekolah Dibubarkan Saja"

Meski Sezione merupakan bagian terkecil dalam struktur resmi Milanisti Indonesia, bukan  berarti basis Milanisti diabaikan karena dari basis-basis inilah akan berdiri Sezione.

“Dulu kita juga asalnya dari basis. Milanisti Basis Pasuruan, tepatnya. Kemudian pada tanggal 16 Februari 2013, baru menjadi Sezione Pasuruan,” ujar Risky Febrianto, Capo Milanisti Sezione Pasuruan, saat ngopi darat di Miland, maskas Milanisti Sezione Pasuruan, beberapa waktu lalu.

Untuk bisa menjadi Sezione, sebuah basis harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Salah satunya, minimal harus memiliki 20 anggota resmi. Selain itu basis juga harus memiliki kegiatan rutin, seperti kopi darat, nonton bareng dan lain-lain untuk bisa menjadi Sezione.