Kopi Benges

2104

kopi benges 1Kalau kapan-kapan pemerintah bikin program akal bulus untuk menghamburkan dana APBN, misalnya dengan mengadakan sensus terhadap warung kopi, maka bisa dijamin kota Cak Manap akan menjadi juara nasional. Kota pesisir itu akan mendapat julukan kota sejuta warung kopi.

Warung kopi di kota Cak Manap ibarat jamur kulit di punggung Wak Takrip. Merata di berbagai tempat, dan terdiri dari berbagai varian. Ada warung kopi “Lillahi Ta’ala” semacam warung kopi Cak Manap.  Ada warung kopi “Gengsi”. Ada warung kopi “Digital”. Ada warung kopi “Yahambrut” dan yang semakin marak adalah warung kopi “Benges”.

Warung kopi Lillahi Ta’ala biasanya terbuat dari tabing bambu, terletak di pinggir sungai atau paling tidak di pelosok kampung. Penjualnya laki-laki, tidak ganteng seperti juga para pelanggannya, dan biasanya tidak banyak ditempeli poster caleg dan kalender partai. Obrolan para pelanggan di sana tidak membahayakan kedaulatan negara atau merongrong wibawa pemerintah. Strata sosial mereka adalah kasta terendah yang selalu ikhlas diajah nasib, sistem serta program rahasia para zionis.

Baca Juga :   Dikelola Banser, Parkir Pantai Bentar Ramai Dibincang Netizen

Warung kopi seperti ini adalah wahana rekreasi bagi orang-orang waras, yang apabila kepala sudah terasa pening, sepulang dari warung mereka akan kembali segar bugar untuk kembali berkelahi dengan hidup.

Warung kopi Gengsi sebenarnya warung kopi biasa. Hanya saja karena pihak manajemen sangat pandai melambungkan hayalan para pelanggan, mereka ahirnya mau juga membayar segelas kopi dengan harga tak masuk akal. Manajemen membisiki jika ngopi di tempat mereka bisa menaikkan prestise dan gengsi. Hanya orang-orang kaya, pejabat atau pemenang togel yang pantas minum kopi di sana. Diskriminasi terselubung diberlakukan seakan terpampang slogan “ orang miskin dilarang ngopi disini”.

Maka tak heran jika pelanggan warung kopi Gengsi adalah mereka dari strata semisal orang yang bingung untuk menghabiskan uang buat apa, pemilik pulpen sakti—sekali tanda tangan dapat trilyunan rupiah—atau pemuja pretise.

Baca Juga :   The City of Badokans

Warung kopi digital adalah warung kopi dengan fasilitas wi-fi atau sekalian rental game. Ngopi di warung semacam ini akan membuat kita terlempar ke dunia antah berantah karena semua orang menikmati kopi dengan pikiran setengah sadar. Separuh di alam nyata, separuh di alam maya. Pesan kopi segelas baru akan habis tiga hari kemudian karena para pelanggan sibuk otak atik gadget, lalu senyum-senyum sendiri seperti baru pulang dari RSJ. Kadang dari sinilah perceraian seseorang dimulai. Penyebabnya adalah rayuan kadal buntung via online yang dilancarkan oleh penganut faham “I Love You Bojone Wong” berhasil mencuci otak seseorang di antah berantah sana.

Dan yang paling gawat dari segenap warung kopi tadi, baik ditinjau dari segi sosial, budaya, ekonomi dan politis, adalah warung kopi Benges. Warung ini suka memberi bonus ugal-ugalan. Setiap pelanggan memesan kopi apa saja, pasti mendapat bunus susu segar yang bisa diperah langsung. Anehnya, para pelanggan tak pernah komplain. Alih-alih komplain, malah mereka datang ke warung dalam rangka mendapatkan bonus tadi, kok.

Baca Juga :   Tukang Tambal Ban Siap Jadi Bupati Pasuruan! Janji Mengenak-enakkan

Warung kopi Benges memiliki ciri khas tersendiri. Meski keberadaannya semi rahasia—pelanggan  dari kalangan khusus—jika diteliti memiliki ciri tertentu. Pertama, penjualnya wanita, cantik, bohai, semlohai dan agak berani. Kedua, lampu yang dipasang biasanya sedikit temaram dalam rangka menghadirkan suasana romantis. Meski, tak jarang berada di tengah kota dan aliran listrik sudah tersedia. Ketiga, karena warung seringkali ramai, pelayan warung bisanya beberapa orang wanita dan semuanya semlohai. Dari penampilan lebih pantas menjadi pramugari daripada menjadi pelayan warung kopi.